Beijing (ANTARA News) - Pertemuan Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump di Beijing pada Rabu (8/11) hingga Jumat (10/11) akan menentukan masa depan hubungan China dan Amerika Serikat.
Trump merupakan kepala negara pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan setelah Kongres ke-19 Partai Komunis China yang kembali menetapkan Xi sebagai Sekretaris Jenderal partai tersebut.
"Kami punya banyak persyaratan dalam kunjungan kenegaraan itu," kata Duta Besar China untuk AS Cui Tinkai sebagaimana dikutip Kantor Berita Xinhua, Senin.
Selain seremonial karpet merah, pembicaraan formal, dan jamuan makan, Presiden Xi dan mitranya itu memiliki beberapa agenda informal, demikian Wakil Menteri Luar Negeri China Zheng Zeguang.
Menurut Cui, sejumlah agenda informal tersebut bukan untuk konsumsi publik karena merupakan hal istimewa bagi Trump dan keluarganya untuk belajar lebih banyak tentang sejarah, budaya, dan rakyat China.
"Kedua kepala negara tersebut memiliki agenda pembicaraan penting terkait peningkatan hubungan bilateral," kata Cui.
Pada bulan April lalu, keduanya telah menghabiskan waktu lebih dari tujuh jam dalam dialog di real estate milik Trump, Mar-a-Lago, di negara bagian Florida, AS.
"Pertemuan informal nanti akan menghasilkan suasana yang kondusif dalam jalinan kemitraan dan persahabatan antarkedua kepala negara," kata Direktur Studi Amerika di China Institute of Contemporary International Relations, Da Wei.
Kerja sama perdagangan dan isu Semenanjung Korea merupakan topik utama pertemuan kedua kepala negara di Beijing itu.
Nilai perdagangan kedua negara naik dari 2,5 miliar dolar AS pada 1979 menjadi 520 miliar dolar AS pada 2016 sebagaimana data Kementerian Perdagangan China.
Zheng mengatakan bahwa upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan antara China dan AS adalah dengan memperbanyak ekspor AS ke China dan meningkatkan investasi kedua belah pihak.
Upaya tersebut jauh lebih baik daripada membatasi impor barang dari China, demikian tambah Zheng.
"Kemitraan ekonomi kedua negara maju di bidang perekonomian di dunia itu harus terus menguntungkan kedua belah pihak," kata Cui.
Menurut Zheng, pihaknya akan selalu mendukung denuklirisasi di Semenanjung Korea dan masalah tersebut akan dibahas di meja perundingan nanti.
Setelah kesepakatan pasar China kembali terbuka bagi sapi AS pada bulan Juli yang merupakan bagian dari rencana aksi 100 hari peningkatan kerja sama ekonomi, daging-daging sapi dari AS kembali tersajikan di meja-meja makan China.
Sejak pertemuan di Mar-a-Lago pada bulan April, rencana aksi 100 hari telah menghasilkan beberapa kemajuan.
Kerja sama bilateral juga akan dilakukan melalui mekanisme dialog yang mengarah pada diplomasi dan keamanan, ekonomi, penegakan hukum, keamanan siber, sosial, dan pertukaran antarmasyarakat kedua negara.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross diperkirakan mengajak seorang delegasi bisnis ke Beijing dalam pertemuan tersebut.
Kunjungan Trump yang dilakukan beberapa hari setelah Kongres ke-19 PKC itu merupakan bentuk penegasan kembali terbukanya strategi "win-win".
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017