Sentimen kenaikan harga minayk mentah dunia dapat menjaga stabilitas mata uang domestik."
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah 35 poin menjadi Rp13.533 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.498 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, seiring estimasi pasar mengenai data ekonomi Amerika Serikat yang telah dirilis mendukung The Fed untuk menaikkan suku bunga pada Desember tahun ini dan menaikkannya lebih lanjut pada 2018," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa data penggajian non-pertanian (non farm payroll/NFP) AS pada Oktober mencapai 261 ribu pekerjaan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Kendati demikian, ia menilai bahwa ekonomi nasional yang tumbuh pada triwulan ketiga tahun ini menahan tekanan rupiah lebih dalam.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2017 senilai 5,06 persen (yoy) atau secara kumulatif dari awal tahun hingga akhir kuartal III dibandingkan periode sama tahun lalu senilai 5,03 persen (c-t-c).

Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengemukakan bahwa sejumlah harga komoditas yang menguat terbawa sentimen kenaikan harga minyak mentah menahan tekanan rupiah lebih dalam terhadap dolar AS.

"Sentimen kenaikan harga minayk mentah dunia dapat menjaga stabilitas mata uang domestik," katanya.

Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (6/11) sore ini menguat 0,50 persen ke level 55,92 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,64 persen menjadi 62,47 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (6/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.529 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.500 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017