Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menginginkan agar Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) serta Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) di Yogyakarta menjadi pusat unggulan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan sektor industri.
“Oleh karena itu, agar menjadi center of excellence, diperlukan langkah revitalisasi untuk memperbarui segala peralatan dan teknologinya sehingga dapat mengikuti permintaan pasar saat ini. Misalnya, alat uji untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)," kata Airlangga melalui keterangannya diterima di Jakarta, Minggu.
“Alat pengujian ini diharapkan dapat mendukung pula kebutuhan para pelaku industri kecil menengah (IKM) yang ingin mendapatkan SNI,†kata Airlangga.
Terlebih lagi, di Yogyakarta, IKM batik merupakan salah satu sektor yang masih berpotensi tumbuh dan berkembang.
“Dengan batik ber-SNI, produknya bisa lebih berdaya saing di tingkat global,†imbuhnya.
BBKB telah mengeluarkan batik mark untuk IKM yang memenuhi syarat, berupa label yang disematkan di produk untuk menjamin kualitas.
Sertifikat batik mark tersebut berlaku selama tiga tahun setelah dikeluarkan dan IKM akan dievaluasi kembali untuk menjamin mutu produknya.
Dengan pelaku IKM mengajukan label batik mark, proses untuk menuju sertifikasi SNI batik lebih mudah karena telah memenuhi beberapa persyaratan, seperti memiliki merk dan izin industri.
Setiap pelaku IKM batik dapat memiliki lebih dari satu sertifikat SNI, misalnya masing-masing satu sertifikat untuk batik tulis, cap dan kombinasi buatan mereka.
“Kami juga mendorong agar para pelaku IKM batik nasional untuk mengembangkan batik tulis atau batik peawarna alam sehingga produk batik IKM kita dapat naik kelas. Apalagi, proses pengembangan pewarnaan alam saat ini sudah go green, sehingga kita mempunyai nilai jual lebih," paparnya.
Selain itu, pelaku IKM batik juga perlu berinovasi dengan desain dan proses pembuatan batik.
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara mengatakan, pihaknya terus mendorong seluruh balai-balai di bawah binaan BPPI Kemenperin untuk menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.
Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk nasional di tingkat global.
“Kami giat menggandeng sektor swasta agar ikut berkontribusi memajukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada sektor manufaktur,†ujarnya.
Jumlah unit litbang di Kemenperin saat ini mencapai 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri.
Ngakan menambahkan, Kemenperin berkomitmen memacu peran unit litbang yang dimilikinya agar gencar melakukan alih teknologi sebagai salah satu wujud nyata mendorong terjadinya pengembangan iptek di Tanah Air.
“Hingga saat ini, Balai Besar dan Baristand Industri di bawah unit BPPI telah menghasilkan 93 paten yang terdiri dari 82 paten dan 11 paten sederhana,†ungkapnya.
Dari keseluruhan hasil litbang tersebut, baik yang sudah maupun belum dipatenkan telah diterapkan oleh industri, seperti kertas kemasan baja, peredam suara dari limbah tekstil, alat pembuat kacang goyang, rekayasa alat pengganti kuas pengoles sambal keripik sanjai, dan lainnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017