Sleman (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta terus mendorong masyarakat pecinta satwa maupun tanaman untuk melakukan penangkaran guna mengurangi perburuan di alam bebas.
"Hasil cukup bagus, saat ini kesadaran masyarakat melakukan penangkaran tumbuhan dan satwa liar sudah mulai tumbuh," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Junita Parjanti, Minggu.
Menurut dia, sampai saat ini setidaknya ada 30 unit penangkar yang teregister mendapatkan izin di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Unit yang berizin ini terdiri atas 14 penangkar burung meliputi jalak bali, jalak putih, dan jenis paruh bengkok, dan tujuh unit penangkaran mamalia meliputi rusa timor dan kijang," katanya.
Ia mengatakan, BKSDA Yogyakarta terus mensosialisasikan upaya pelestarian dan pemanfaatan satwa khususnya satwa liar di bidang penangkaran.
"Guna mendukung sosialisasi tersebut kami juga menggelar Festival Satwa Hasil Penangkaran selama tiga hari sejak Jumat (3/11) hingga Minggu (5/11), dengan tema Melaraskan Konservasi dan Budaya," katanya.
Junita mengatakan, rangkaian festival ini beriringan dengan tradisi saparan bekakak yang menjadi event tahunan di kawasan cagar alam Gunung Gamping, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
Ia mengatakan, dengan bertumbuhnya penangkaran satwa dapat mengurangi ketergantungan hasil tangkapan dari alam. Dari segi ekonomi juga bisa berdampak positif pada peningkatan ekonomi masyarakat.
"Pada Festival tersebut kami juga melepasliarkan puluhan ekor burung yang tidak dilindungi tapi keberadaannya sudah jarang di alam karena perburuan. Di antaranya burung trucuk, kutilang, deruk, pleci, dan plenci. Burung-burung tersebut merupakan sumbangan dari para penangkar," katanya.
Selain itu dilakukan penyerahan secara simbolis jalak Bali dari penangkar binaan dalam rangka restoking ke Taman Nasional Bali Barat. Junita menjelaskan, saat ini 30 ekor restoking jalak Bali.
"Kami juga tengah memproses pengembalian 12 ekor kakaktua jambul kuning ke Pulau Seram Maluku," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017