Jakarta (ANTARA News) - Salah seorang pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) Nina Samidi mengatakan, orang tua tidak perlu memaksakan menyampaikan pesan dalam dongeng karena akan terasa janggal dan aneh bagi anak-anak.
"Yang utama adalah mendongengnya, bukan untuk pesannya. Karena kalau pesan itu dipaksakan justru tidak mengena," kata Nina pada Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) 2017 di Jakarta, Sabtu.
Setiap cerita biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan sehingga anak bisa menangkap pesan itu sendiri dengan nalarnya. Banyak manfaat yang bisa diambil dari dongeng, yang utama yaitu mendekatkan hubungan orang tua dan anak karena mendongeng merupakan kegiatan interaktif, kata Nina.
Saat orang tua mendongeng, anak akan memperhatikan dan fokus sehingga hubungan orang tua-anak bisa diperkuat.
Manfaat lain dari dongeng adalah manfaat bahasa. Anak-anak yang terbiasa mendengarkan dongeng lebih cepat bicara, memiliki banyak kosa kata, nalarnya lebih cepat dan terutama mengembangkan imajinasi.
"Mendongeng memancing anak-anak untuk terpicu membayangkan apa yang ia dengar. Berbeda dengan menonton televisi atau gadget," tambah dia.
Mendongeng tidak harus menggunakan suara-suara tertentu atau gerakan tubuh, bisa juga dengan membaca buku cerita bersama anak dan bentuk lainnya.
FDII 2017 digelar Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) pada 4-5 November 2017 di gedung Perpustakaan Nasional RI. Tahun ini untuk ketiga kalinya festival tersebut dilaksanakan pada taraf internasional.
Sejumlah pendongeng internasional dari berbagai negara hadir pada acara ini, antara lain Kiran Shah (Singapura), Seung Ah Kim (Korea Selatan), Craig Jenkins (Inggris), Tanya Batt (Selandia Baru) dan Uncle Fat (Taiwan).
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017