Jenewa (ANTARA News) - Portugal secara resmi akan membuka Pusat Peringatan Tsunami Nasional pada 21 November, yang akan memperluas kemampuan Eropa untuk mengeluarkan peringatan tsunami kepada rakyatnya, kata Kantor PBB urusan Penurunan Risiko Bencana (UNISDR), Jumat.
Pusat tersebut akan memantau sebuah wilayah yang pernah dilanda gempa bumi kuat dan diikuti dengan tsunami hebat hingga menghancurkan Lisabon pada 1755, kata UNISDR.
Kantor Perserikatan Bangsa-bangsa itu mengatakan ada kekhawatiran bahwa hanya 16 dari 39 negara, yang berisiko di wilayah Atlantik Timur Laut, Mediterania (NEAM) serta kawasan yang terhubung dengan laut, yang telah berlangganan Jasa Peringatan Dini Tsunami.
Sejak tahun 2000, sudah lebih dari 11 juta orang terkena dampak tsunami.
Bencana itu telah menewaskan sekitar 250.000 orang, dengan jumlah terbanyak ada Indonesia, Sri Lanka, Jepang, India dan Thailand, kata Kantor PBB.
Menjelang Hari Kesadaran Tsunami Dunia pada 5 November, kepala Unit Tsunami Komisi Oseanografi Antarpemerintah, Thorkhil Aarup, mengatakan, "Kemajuan penting telah dicapai sejak 2005 dalam pengembangan peringatan tsunami dan sistem mitigasi NEAM."
Ia mengatakan sistem tersebut berfungsi dan Penyedia Layanan Tsunami di Prancis, Yunani, Italia dan Turki mengirimkan peringatan ke negara-negara di kawasan yang berlangganan jasa itu.
Untuk jangka panjang, UNISDR mengatakan sistem seperti itu akan menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi di wilayah-wilayah yang masih menghadapi risiko tinggi walaupun ada interval panjang antara tsunami satu dengan tsunami berikutnya.
"Kami memanfaatkan Hari Persiapan Tsunami Dunia untuk mengimbau seluruh negara anggota di wilayah NEAM yang berisiko terkena tsunami agar mulai menggunakan layanan-layanan yang bisa mereka dapatkan," kata Aarup.
Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Penurunan Risiko Bencana, Robert Glasser, mengatakan bahwa tsunami Samudera Hindia pada 2004 merupakan titik balik dalam sistem peringatan dini tsunami, menyusul tewasnya 230.000 orang.
"Tidak ada keraguan bahwa jumlah korban meninggal dari kejadian yang jarang namun tak terelakkan itu sebenarnya mungkin bisa dikurangi secara signifikan jika sistem peringatan dini Samudra Hindia yang ada kini ini diterapkan saat itu," kata Glasser, seperti dilansir Xinhua.
(Uu.T008)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017