Washington (ANTARA News) - Angkatan Laut Amerika Serikat pada Kamis mengumumkan serangkaian perubahan sistemik guna memulihkan keterampilan dasar dan kewaspadaan di laut setelah tabrakan kapal mematikan di Asia Pasifik menunjukkan bahwa pelaut tidak terlatih dan terlalu banyak bekerja.

Tujuh belas pelaut tewas pada tahun ini dalam dua tabrakan dengan kapal niaga, yang melibatkan kapal perusak USS Fitzgerald pada Juni di Jepang dan USS John S McCain pada Agustus saat mendekati Singapura.

Selain itu, kecelakaan melibatkan kapal jelajah Lake Champlain, yang bertabrakan dengan kapal penangkap ikan di Laut Jepang pada Mei. Kapal jelajah Antietam pun masuk dok perbaikan pada Januari di Teluk Tokyo.

"Yang terjadi adalah pengikisan bertahap dari batas keamanan," kata Laksamana John Richardson, Kepala Operasi Angkatan Laut dalam jumpa pers.

Peningkatan tekanan untuk memenuhi banyak permintaan operasi, khususnya di Asia-Pasifik, membuat pihak berwenang melonggarkan baku mutu, berkisar dari pemahaman kelautan dasar hingga keselamatan operasional, kata Richardson.

Tinjauan tersebut meminta reformasi yang akan menelan biaya antara Rp5,4-Rp6,7 triliun selama lima sampai enam tahun ke depan, termasuk penilaian berlisensi berkala dan standar pelatihan navigasi.

Reformasi ini juga melibatkan langkah-langkah dasar, memastikan pelaut mendapatkan waktu tidur yang cukup. AL AS mengatakan kelelahan merupakan faktor pendukung dalam tabrakan yang dialami Fitzgerald dan John S. McCain.

Senator Roger Wicker, Ketua Subkomite Senat Kekuatan Laut, mengatakan bahwa AL membutuhkan lebih banyak kapal untuk memenuhi permintaan operasi di laut. Meningkatkan ukuran AL adalah tujuan utama Presiden Donald Trump.

"Kami meminta terlalu sedikit kapal untuk melakukan terlalu banyak hal," kata Wicker, seorang Republikan.

Anggota majelis Mac Thornberry yang memimpin Satuan Kerja Komite Angkatan Bersenjata, mengatakan bahwa kematian para pelaut sepenuhnya dapat dihindari dan menambahkan bahwa AL diminta melakukan terlalu banyak hal namun dengan sumber daya yang terlalu sedikit.

"Angkatan Laut berkomitmen untuk menangani masalah ini, tapi mereka tidak dapat memperbaikinya sendiri. Kongres juga memiliki peran untuk dimainkan," kata Thornberry.

"Saya siap mendukung permintaan AL untuk mendapatkan pelatihan, tenaga kerja, atau peralatan tambahan yang mereka butuhkan untuk mencegah tragedi serupa di masa depan," katanya.

Selama musim panas Pentagon terkejut dengan adanya spekulasi bahwa peperangan maya mungkin menjadi penyebab atas kecelakaan tersebut. Namun selama penyelidikan AL mengesampingkan kemungkinan bahwa peretasan patut disalahkan.

"Kapal Armada ke-7 itu tidak menguasai dasar ilmu kelautan," kata Richardson kepada Reuters.

(R029/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017