"Pernyataan pengelola jalan tol bahwa otomatisasi bisa menghemat waktu transaksi di gardu tol 90 persen hingga 100 persen secara kasat mata tidak terbukti," kata Tulus dihubungi di Jakarta, Kamis.
Tulus mengatakan setelah otomatisasi transaksi di gardu tol dibelakukan masih terlihat antrean pembayaran yang panjang seperti sebelum pemberlakuan otomatisasi. Itu artinya, otomatisasi yang dimaksudkan untuk memangkas antrean kendaraan telah gagal.
Apalagi, Tulus menilai banyak permasalahan yang terjadi dalam penerapan otomatisasi di jalan tol, misalnya alat pembaca kartu uang elektronik yang lambat membaca bahkan macet karena gagal membaca.
"Belum lagi masih banyak pengguna jalan tol yang belum terbiasa menggunakan uang elektronik sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menempel di mesin pembaca kartu," tuturnya.
Karena itu, Tulus menilai penerapan otomatisasi di jalan tol dengan transaksi menggunakan uang elektronik tidak berdampak apa-apa bagi penguna jalan tol.
"Secara kasat mata, menggunakan uang elektronik atau membayar tol secara manual waktu transaksi yang diperlukan di gardu tol sama saja," katanya.
Penggunaan uang elektronik untuk transaksi di gardu tol telah diberlakukan sepenuhnya di ruas-ruas jalan tol. Di sejumlah gardu tol, sudah tidak terlihat lagi petugas pengumpul tol sebagaimana sebelum otomatisasi jalan tol diberlakukan.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017