Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S. Pane, mengatakan bahwa operasi teroris yang dilaksanakan Kepolisian Negara RI (Polri) telah menjadi komoditas untuk menaikkan pamor segelintir perwira polisi. Neta mengatakan hal itu di Jakarta, Rabu, terkait dengan penangkapan Abu Dujana berserta tujuh anak buahnya oleh Satuan Tugas Polri di Jawa Tengah (Jateng), Yogyarakarta dan Jawa Timur (Jatim) dalam beberapa hari terakhir ini. Polri juga menangkap tujuh anak Abu Dujana pada Maret 2007 di Yogyakarta, Jateng dan Jatim. Tahun 2005 lalu, Polri juga menembak mati Azahari di Batu, Jatim, dan menangkap dua tersangka lain. "Penangkapan teroris selama ini hanya untuk menaikkan citra segelintir orang," katanya menegaskan. Ia mengatakan, akibat penangkapan Abu Dujana, maka masyarakat seakan diingatkan kembali akan bahaya terorisme yang menakutkan, padahal akhir-akhir ini masyarakat sudah tenang. "Kebetulan isu terorisme kan paling laku di jual ke dunia internasional," katanya. Menurut dia, penangkapan tersangka terorisme yang bertahap dan tidak sekaligus itu justru memperkuat dugaan bahwa Polri sengaja menjadikan terorisme untuk terus menjaga citra baik di mata masyarakat maupun dunia internasional. "Menangkap teroris kok dicicil. Kenapa tidak sekalian saja ditangkap semua," katanya. Ia menyebutkan, penangkapan Abu Dujana tersebut terlihat agak janggal sebab sudah tinggal di Banyumas selama dua tahun, bahkan tinggal bersama istri dan anak-anaknya. "Kenapa tidak dulu-dulu saja ditangkap. Mengapa menunggu dua tahun," ujarnya. Model menangkap teroris yang sengaja "dicicil" itu, menurut dia, justru membuat Polri tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. "Polri harus tegas dalam memberantas teror dan bukan cicil agar masyarakat yang telah damai ini tidak terus teringat," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007