Dubai (ANTARA News) - Serangan udara oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi menewaskan 21 orang di sebuah pasar di Provinsi Saadah, Yaman utara, Rabu, menurut seorang saksi Reuters di tempat kejadian.
Serangan yang melanda kawasan luas di distrik Sahar, di perbatasan dengan Arab Saudi, itu mengubah lokasi tersebut menjadi tumpukan reruntuhan. Petugas medis mengumpulkan mayat dan meletakkannya dalam kelompok-kelompok.
Sebuah aliansi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi telah meluncurkan ribuan serangan udara terhadap gerakan bersenjata Houthi di Yaman, yang berasal dari Saadah dan sekarang menguasai sebagian besar negara tersebut.
Perang yang berlangsung selama dua setengah tahun itu belum mencapai tujuannya untuk memulihkan kekuasaan pemerintah yang diakui secara internasional.
Namun konflik tersebut telah menimbulkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan membunuh setidaknya 10.000 orang.
Pekan lalu gerilyawan Syiah Yaman, Al-Houthi, yang memerangi koalisi pimpinan Arab Saudi --yang mendukung Pemerintah Yaman, menyatakan telah menembakkan rudal balistik ke pangkalan militer Arab Saudi di Provinsi Najran di perbatasan Arab Saudi.
Satu pernyataan Al-Houthi yang disiarkan kantor berita Yaman, Saba, mengatakan rudal itu menghantam satu gudang senjata militer Arab Saudi di Daerah Beir Askar di Najran dan menghancurkannya.
Sementara itu, koalisi pimpinan Arab Saudi mengatakan di dalam satu pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi Arab Saudi bahwa rudal tersebut menghantam kompleks permukiman perusahaan sipil yang dioperasikan Pemerintah Arab Saudi di Daerah Beir Askar.
Koalisi itu mengatakan rudal tersebut menghancurkan kompleks permukiman itu dan melukai seorang pekerja.
Perbuatan tersebut dilakukan beberapa jam setelah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dalam wawancara yang dilaporkan Kamis, mengatakan negaranya akan terus berperang melawan gerilyawan Syiah Al-Houthi, yang didukung Iran.
"Kami melanjutkannya sampai kami dapat yakin bahwa tak ada yang akan terjadi lagi seperti Hizbullah, sebab Yaman lebih berbahaya dibandingkan dengan Lebanon. Itu berada di sebelah Bab al-Mandab sehingga jika sesuatu terjadi di sana, itu berarti 10 persen perdagangan dunia berhenti," kata Salman dalam wawancara tersebut sebagaimana dikutip.
Itu adalah yang paling akhir dari serangkaian serangan rudal balistik oleh petempur Al-Houthi dari Yaman ke arah kota Arab Saudi sejak Riyadh ikut-campur dalam perang di Yaman lebih dari dua-setengah tahun lalu, kata Xinhua.
Namun, kebanyakan rudal tersebut dicegat dan dihancurkan oleh sistem anti-rudal Arab Saudi.
Arab Saudi memimpin koalisi militer 10 negara dan mencampuri perang saudara di Yaman pada Maret 2015 untuk mendukung Pemerintah Presiden Ab-Rabbu Mansour Hadi, yang didukung masyarakat internasional, melawan anggota milisi Syiah Al-Houthi, yang didukung Iran dan menyerbut Ibu Kota Yaman, Sanaa, serta menguasai sebagian besar wilayah utara negeri itu.
Lebih dari 10.000 orang Yaman, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam perang tersebut --yang juga membuat lebih dari tiga juta orang lagi mengungsi, kata badan PBB.
Yaman juga telah dilanda wabah mematikan kolera dan berada di ambang kelaparan massal.
(G003/M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017