Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di sela sebuah seminar di Jakarta, Rabu, mengatakan kenaikan peringkat "EODB" dari Bank Dunia tersebut merupakan bukti reformasi struktural perekonomian di domestik terus berjalan.
"Semoga ini dukung outlook ekonomi Indonesia tahun ini 5,2 persen dan tahun depan 5,4 persen. Tapi kalau 2019 pertumbuhan ekonominya bisa lebih tinggi, 5,5 persen. Bahkan, kami perkirakan 2019 bisa dekati batas atasnya 5,7 persen," ujar Perry di sela Seminar "National and Regional Balance Sheet: Toward an Integrated Macrofinancial System Stability".
Laporan terbaru Kelompok Bank Dunia bertajuk "Doing Business 2018: Reforming to Create Jobs" yang dirilis Rabu ini mencatat peringkat kemudahan berusaha di Indonesia naik dari posisi 91 menjadi 72 dari 190 negara.
Perry mengatakan kenaikan peringkat itu disebabakan reformasi yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk memudahkan perizinan usaha. Misalnya, kemudahan perizinan di sektor listrik, transportasi dan juga konstruksi.
"Perbaikan terus terjadi. Ini perbaikan peringkat yang kedua kali sebelumnya kita ke-91. Insya Allah akan ada perbaikan-perbaikan lagi," ujar dia.
Dia menilai kenaikan peringkat ini juga menunjukkan kepercayaan banyak pihak di dunia bahwa reformasi struktural perekonomian di Indonesia telah berjalan, atau bukan hanya wacana saja.
"Kalau tidak diimplementasikan, mana mungkin EODB kita naik," ujarnya.
Oleh karena itu, Perry meyakini, penanaman modal asing, modal dalam negeri dan investasi portofolio akan meningkat di dua bulan terakhir pada 2017.
"Ini juga akan tingkatkan tidak hanya confidence (percaya diri), tetapi juga keyakinan investor baik domestik dan internasional bahwa melakukan usaha semakin lama semakin mudah," ujar dia.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017