Jakarta (Antara) - Hari ini Alun Alun Indonesia genap berusia 10 tahun. Dalam usia masih tergolong muda, Alun-alun Indonesia berhasil membangun brand sebagai gerai produk kreatif terlengkap, sebagai “jendala” keragaman budaya Indonesia. Dalam suasana banyak gerai yang tutup di luar maupun dalam negeri, kinerja Alun Alun Indonesia tetap stabil, bisa terus eksis dan bersaing dalam era belanja on-line.


Kehadiran Alun Alun Indonesia tidak terlepas dari upaya mewujudkan visi sang founder, Itjih Nursalim, bahwa potensi industri kreatif Indonesia begitu kaya dan bernilai tinggi dan perlu dihadirkan dalam konsep baru. Berada di bawah group ritel PT Panen Lestari Internusa yang berada di bawah MAP (PT Mitra Adiperkasa) dan berlokasi di Lantai 3 Pusat Belanja Grand Indonesia, gerai ini dirancang bukan sekedar untuk belanja, tapi juga memberikan pengalaman yang berharga, belajar dan bernostalgia hal-hal tradisional dari budaya dan kuliner Indonesia. Menjadikan pengalaman pengunjung sebagai daya tarik adalah salah satu ciri khas Alun Alun Indonesia.


“Founder bercita-cita, Alun Alun Indonesia bisa menjadi contoh kontribusi swasta yang nyata untuk industri kreatif Indonesia – dari Indonesia untuk Indonesia. Sesuai namanya, Alun Alun, gerai ini dikembangkan untuk menjadi pusat kegiatan kreatif yang berada di tengah kota dan menjadi “jendela” Indonesia untuk dapat mengalami (experience) yang terbaik dari produk kreatif Indonesia. Karena itulah, dalam pengembangannya kami selalu bersama-sama dengan berbagai komunitas orang kreatif dan mendukung kebijakan pemerintah untuk mendorong perkembangan ekonomi kreatif.” Kata Handaka Santosa, Managing Director, PT Panen Lestari Internusa dan komisaris PT MAP, di perayaan Ulang Tahun ke 10 Alun Alun Indonesia Senin (30/10), di Grand Indonesia, Jakarta.


Untuk menjaga citra produk kreatif Indonesia, Alun Alun melakukan seleksi ketat kepada setiap vendor. Mereka dipilih melalui suatu proses kurasi, bimbingan perihal mutu, desain dan display. Pilihan produk berdasarkan prinsip berbasis tradisional dengan jiwa kontemporer, dan semboyan yang digunakan di Alun Alun Indonesia adalah “Inspiring Innovations” – menginspirasi inovasi.


CEO PT Alun Alun Indonesia Pincky Sudarman mengakui, sebagai konsep baru, tidak mudah untuk membangun Alun Alun Indonesia. Dukungan founder sangat membantu dalam mengatasi berbagai kendala sehingga kinerja gerai kini bisa stabil. “Boleh dikatakan, Alun Alun ini adalah konsep baru dalam gerai produk kreatif, yang masih perlu pembuktian pada periode awal. Karena itu dukungan founder menjadi kata kunci. Setelah “proof of concept” atau konsep ternyata bisa dikembangkan, pada akhirnya gerai bisa beroperasi secara berkelanjutan,” kata Pincky.


Untuk mewujudkan diri sebagai panggung ekonomi kreatif dan tempat belajar mengapresiasi warisan budaya Indonesia yang begitu kaya, secara berkala Alun Alun Inonesia menyelenggarakan berbagai kegiatan berupa pameran produk kreatif baru, melakukan icip-icip dari berbagai produk kuliner dari yang tradisional sampai dengan yang baru, dan pameran yang bercerita mengenai warisan budaya Indonesia. Sejumlah pertunjukkan digelar dari yang tradisional sampai dengan yang kontemporer.


Berbagai cara dilakukan untuk menarik “crowd” atau orang untuk berkunjung ke Alun Alun. Daya tarik lain dari Alun Alun adalah kuliner Indonesia yang disajikan dengan keberadaan dua tempat kuliner – Warung Kopi yang menyediakan makanan-makanan a la warung kopi dan Palalada yang merupakan restoran dengan menu yang berbasis tradisional tetapi disajikan secara kontemporer.


Tidak hanya tercatat sebagai gerai terlengkap, Alun Alun Indonesia juga telah menjadi salah satu distinasi wisatawan manca negara untuk melihat keragaman produk budaya Indonesia. Bahkan, gerai ini telah mendapat kunjungan stamu-tamu penting seperti Ibu Negara Indonesia, Ibu Negara dan tamu internasional penting lainnya, dari berbagai negara termasuk Tiongkok, Singapura dan Portugal, telah melakukan kunjungan dan menyelengarakan even perkenalan Indonesia di Alun Alun.


Mereka berkunjung untuk dapat melihat dan “mengalami “produk kreatif Indonesia yang terbaik, serta yang lebih penting lagi mendapatkan cerita menarik dibelakang setiap produk. Tamu-tamu asing tidak hanya membeli suatu produk atau cindera mata, mereka mendapatkan cerita mengenai Indonesia yang terkandung dalam produk yang diperoleh dan dengan demikian kesan mereka mengenai Indonesia sudah pasti akan lebih melekat.


Alun Alun juga menjadi tempat kunjungan bagi masyarakat umum yang datang untuk belanja oleh-oleh unik atau untuk “nongkrong” di Warung Kopi dengan suasananya yang rileks dan bersahabat untuk menikmati secangkir kopi dan sepotong singkong atau pisang goreng.


Selama 10 tahun perjalanannya, Alun Alun Indonesia telah bekerjasama dengan berbagai vendor dan orang kreatif ikut berkembang. Alun-Alun dan akhirnya mempunyai “brand” yang dikenal di dalam maupun luar negeri. Contohnya banyak mulai dari desainer fesyen seperti Carmanita dan Natalia Liu, pembuat tas terkenal yang digunakan oleh bintang Hollywood seperti Bagteria dan aksesories seperti Runi Palar.


Jumlah vendor yang semuanya kategori UKM, meningkat rata-rata lebih dari lima kali lipat dalam 10 tahun, dari 82 vendor di 2007 menjadi 540 vendor saat ini. Fashion designer misalnya, pada 2007 baru 7 vendor, kini jumlahnya sudah 85 vendor. Fesyen anak muda dari 44 vendor, kini sudah 112 vendor. Musik yang dulu hanya satu vendor, kini 33 vendor, cendera mata dari 24 vendor menjadi 52 vendor dan oleh oleh makanan dari 44 menjadi 83 vendor. Belum lagi untuk produk kreatif lainnya yang juga meningkat pesat.


Dalam rangka ulang tahun, Alun Alun Indonesia akan memberikan penghargaan kepada 10 vendor terbaik yang konsisten mendukung Alun Alun dan telah menunjukan prestasi yang membanggakan, serta 1 penerima penghargaan khusus, fesyen batik, Parang Kencana.


Mari Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang hadir dalam acara Ulang Tahun 10 ini memberi apresiasi atas kinerja yang dicapai Alun Alun Indonesi.


Mari Pangestu menilai, gerai ini bisa bertahan – bisa eksis dan bersaing dalam era transformasi – karena Alun Alun Indonesia bukan sekedar tempat belanja ritel. Alun-Alun adalah “panggung” dan tempat kreativitas dan warisan budaya Indonesia dapat di apresiasi dan bisa berkembang, tempat bertemu dan berkumpul di rumah Indonesia di tengah kota – dari Indonesia untuk Indonesia.


“Saya memberi apresiasi pada Alun Alun yang secara konsisten mendukung pengembangan industri kreatif dari 10 tahun yang lalu sampai dengan saat ini. Hasilnya nyata – bagaimana industri kreatif dan orang kreatif bisa berkembang, terus berinovasi dan terus ada kreasi baru. Ke depan, tentunya juga perlu dipikirkan bagaimana menghadapi era transformasi dengan mempelajari penjualan on-line, namun tentu tidak meninggalkan visi founder-nya,” kata Mari Pangestu.

Pewarta: Melanius P.K.
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017