Permintaan aset berdenominasi rupiah meningkat sehingga mata uang domestik itu terapresiasi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 48 poin menjadi Rp13.534 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.582 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa sentimen politik di Amerika Serikat mengenai penyelidikan FBI terhadap dugaan keterlibatan Rusia di pemilihan presiden Amerika Serikat membuat dolar AS mengalami tekanan.
"Situasi itu membuat penurunan pada imbal hasil obligasi sehingga berdampak negatif pada dolar AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih fokus pada rencana pengumuman dari Gedung Putih mengenai Ketua Federal Reserve berikutnya pengganti Janet Yellen. Laporan yang beredar Jerome Powell, salah seorang pejabat Fed saat ini menjadi favorit yang dipilih Presiden AS.
"Powell yang merupakan figur dovish membuat dolar AS melemah," katanya.
Analis Bnaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa sentimen di Amerika Serikat yang cenderung negatif bagi dolar AS dimanfaatkan pelaku pasar uang di dalam negeri untuk mengakumulasi aset berdenominasi rupiah.
"Permintaan aset berdenominasi rupiah meningkat sehingga mata uang domestik itu terapresiasi. Apalagi, jika rilis data makroekonomi nasional yang akan dirilis ditanggapi positif pelaku pasar maka terbuka ruang bagi rupiah untuk melanjutkan apresiasinya pada har selanjutnya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (31/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.572 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.580 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017