Jadi saya kira jangan sampai kebun kopi masyarakat harus dihilangkan karena perluasan obyek wisata. Justru bisa diselaraskan sebagai wisata touring di kebun kopi

Makassar (ANTARA News) - Co-Founder Anomali Coffee Irvan Helmi menilai Toraja, Sulawesi Selatan memiliki potensi untuk mengembangkan wisata kebun kopi daripada perkebunan masyarakat harus dihilangkan demi kepengingan pengembangan pariwisata di daerah tersebut.

Irvan Helmi mengatakan itu di Makassar, Selasa, menanggapi pertanyaaan soal kondisi Toraja sebagai daerah penghasil kopi yang berpotensi semakin tergerus mengikuti perluasan pembangunan obyek pariwisata di daerah itu.

"Jadi saya kira jangan sampai kebun kopi masyarakat harus dihilangkan karena perluasan obyek wisata. Justru bisa diselaraskan sebagai wisata touring di kebun kopi," ujarnya saat menjadi pemateri dalam Kantor Staf Presiden (KSP) Goes To Campus "Entrepreneur Wanted" di Universitas Hasanuddin Makassar, hari ini.

Ia menjelaskan potensi bisnis kopi di Indonesia mulai berkembang. Hal itu bisa dilihat dari menjamurnya warung-warung kopi atau cafe yang menyediakan berbagai varian rasa kopi yang beragam.

Meski demikian, perkembangan yang terlihat sejauh ini belum bisa membuat Indonesia dikatakan sudah sejajar dengan beberapa negara lain.

Sebaliknya Indonesia, kata dia, baru memulai bisnis kopi dan masih akan dilihat perkembangannya ke depan.

Hal itu, menurut dia, tentunya berdasarkan tingkat konsumsi kopi masyarakat Indonesia yang masih dinilai rendah yakni secara rata-rata hanya 1 kilo pertahun.

"Dibandingkan masyarakat Finlandia yang perorangnya bisa mengkonsumsi hingga 9 kilogram kopi pertahun. Begitupun dengan negara tetangga kita Malaysia yakni 1,3 kilogram setiap orang pertahun," jelasnya.

Untuk rata-rata secangkir kopi, kata dia rata-rata 10 gram. Jadi jika satu kilo maka bisa meminum sebanyak 100 cangkir kopi.

"Jadi konsumsi kopi masyarakat Indonesia itu masih begitu sedikit dibandingkan dengan produksi kopinya,"ujar dia.

Pewarta: Abd Kadir
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017