Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.553 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.582 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Dolar AS cenderung mengalami depresiasi terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah menyusul munculnya kabar mantan manajer kampanye Presiden AS Donald Trump menghadapi tuduhan melawan pemerintahan AS. Kabar itu memicu kondisi politik di AS kurang stabil sehingga menjadi batu sandungan bagi dolar AS," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.
Selain itu, lanjut dia, belum adanya kejelasan sikap dari pemerintahan Amerika Serikat terhadap calon pengganti Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed turut melemahkan dolar AS. Sebagian pelaku pasar cenderung menahan transaksinya terhadap aset-aset berdenominasi dolar AS.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai realisasi investasi yang naik pada triwulan ketiga tahun ini turut menjadi sentimen positif bagi mata uang domestik. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang triwulan ketiga 2017 mencapai Rp176,6 triliun, naik 13,7 persen dibanding capaian pada periode yang sama 2016 sebesar Rp155,3 triliun.
"Indonesia masih menjadi salah satu tempat menarik untuk berinvestasi sehingga membuat permintaan rupiah meningkat," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS masih berpotensi melemah seiring kuatnya Jerome Powell menggantikan Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed selanjutnya.
"Jerome Powell merupakan figur dovish dalam kebijakan moneter, kondisi itu membuat laju dolar AS tertahan," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017