"Keberhasilan identifikasi itu tergantung data antemortem yang dikirim keluarga (korban) kepada kami," kata Ketua Tim Identifikai Korban Bencana Kepolisian Indonesia, Komisaris Besar Polisi Pramujoko, di RS dr Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin.
Ia mengatakan data antemortem adalah semua data yang berkaitan dengan korban sebelum korban meninggal dunia.
"Meliputi rekam gigi, semua foto korban sebelum meninggal dunia, atau misalnya sebelum korban meninggal, dia sempat singgah di rumah makan untuk makan," katanya.
Data antemortem sangat diperlukan untuk kemudian dibandingkan dengan data postmortem korban. Pasalnya, dalam kasus peristiwa kebakaran gudang petasan itu, para korban tewas terbakar hingga hangus sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan tes DNA.
"Sehingga rekam gigi, foto korban semasa hidup yang memperlihatkan gigi, sangat diperlukan untuk diidentifikasi," katanya.
Sejauh ini, mereka menerima 50 laporan dari keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarga atas kasus itu.
"Kami menerima ada 50 laporan dari keluarga para korban. Ada (laporan) yang ganda. Misalnya, orang tuanya melaporkan, demikian pula istrinya," katanya.
Dari seluruh laporan tersebut, seluruh keluarga korban telah menyerahkan data antemortem. Kendati demikian, terdapat data antemortem yang masih kurang yang belum diserahkan oleh keluarga.
"Misalnya mereka sudah menyerahkan foto korban semasa hidup tapi foto yang tidak terlihat giginya. Padahal kami perlu foto korban yang kelihatan giginya," katanya.
Pihaknya memastikan bila seluruh keluarga korban telah menyerahkan data antemortem yang diperlukan, maka proses identifikasi akan berlangsung cepat.
Sementara RS dr Said Sukanto menerima 47 kantong jenazah dalam peristiwa itu yang terdiri dari 44 kantong berisi jenazah dan tiga kantong berisi bagian tubuh.
"Jadi, belum bisa dipastikan apakah tiga kantong berisi bagian tubuh itu merupakan bagian dari 44 jenazah atau di luar 44 jenazah," katanya.
Saat ini, penyidik Polda Metro Jaya telah menetapkan tiga tersangka kebakaran gudang petasan tersebut.
Ketiga tersangka yakni pemilik gudang PT Panca Buana Cahaya Sukses, Indra Liyono, Direktur Operasional PT Panca Buana Cahaya Sukses, Andria Hartanto, dan tukang las, Suparna Ega.
Penyidik telah menahan Liyono dan Hartanto, sedangkan Suparna belum diketahui keberadaannya lantaran polisi belum bisa memastikan apakah Suparna termasuk korban meninggal dunia atau tidak.
Pewarta: Anita Dewi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017