Dia merebut gelar juara dunianya yang pertama bersama McLaren dengan hanya selisih satu poin di GP Brasil pada 2008, tetapi dia juga gagal juara dalam debutnya pada 2007 karena saat ini justru dia kalah dalam selisih satu poin.
Tahun ini dia mengawali musim dengan agak di belakang di Australia sampai kemudian menyalip juara dunia empat kali dari Ferrari, Sebastian Vettel, pada September.
Masalah mesin yang menimpa Ferrari ditambah dua kali Vettel tidak melanjutkan lomba, telah memberi kesempatan Hamilton untuk terus di depan dengan memenangkan lima dari enam balapan terakhir sejak Agustus silam sampai kemudian unggul bersih 66 poin setelah GP Meksiko.
Ada pasang surut dalam hidupnya manakala dia berjuang mencapai keseimbangan hidup yang dia inginkan di mana banyak orang mempertanyakan gaya hidupnya yang bagai jetset bakal merugikan performa balapnya.
Tapi itu terjadi tahun lalu ketika media massa ramai-ramai mengangkat dia sebagai sosok yang lagi jatuh dan berada dalam tekanan hebat.
Tahun ini sudah berbeda. Dan teranyata ini lebih berkaitan dengan hengkangnya rekan satu tim dia, Nico Rosberg, setelah menjuarai musim 2016 lewat pertarungan yang seru.
Atmosfer di Mercedes seketika berubah sejak Valtteri Bottas bergabung. Pebalap Finlandia ini memuji Hamilton telah membawa "energi positif" kepada tim.
Faktor besar lainnya yang membuat Hamilton lebih mulus tahun ini adalah berakhirnya perseteruan dengan team principal Toto Wolff Desember tahun lalu setelah hengkangnya Rosberg dari Mercedes yang mengejutkan itu.
"Kami melewatkan waktu panjang bersama di dapur saya, mengeluarkan segala unek-unek, mengungkapkan segala frustasi dan pertanyaan yang bertumpuk selama bertahun-tahun, semua unek-unek itu telah dibuang jauh-jauh," kata Wolff seperti dikutip Reuters. "Kami pergi dan dia kembali dengan pola pikir yang hebat dan dia telah tumbuh lebih kuat sepanjang tahun."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017