Jakarta (ANTARA News) - Roel Mustafa, warga Beji Depok Jawa Barat, sejak satu tahun terakhir mencari para janda tua untuk disantuni. Berikut wawancara kami belum lama ini dengan Roel di Sekolah Relawan, Beji Depok, tempat dia beraktifitas.


Ceritakan kegiatan yang disebut "lelaki 1000 janda" itu ?

Program ini terinspirasi dari almarhum ibu saya, dia janda. Biasanya ibu-ibu punya teman sebaya, punya teman ngaji, teman ngobrol yang seusia, yang janda juga. Mereka tinggal sendirian. Ibu saya kalau masak selalu dilebihkan,untuk teman-temannya. Saya sebagai anak jadi kurir, antar makanan dan terus berlanjut setiap hari, sampai ibu saya meninggal.


Lama-lama kami sadar kegiatan ini bagus, kenapa tidak diteruskan? akhirnya saya berinisiatif untuk melanjutkan walaupun bukan dalam bentuk makanan tetapi dalam bentuk sembako, saya titip ke adik saya , tolong teman-teman ibu setiap bulan dikasi sembako , uangnya saya yang kasih.


Akhirnya adik saya membagikan dan setelah membagikan, adik saya memfoto penerima, kadang-kadang video ucapan terima kasih. Kalau melihat foto dan video itu, saya jadi bahagia.


Akhirnya kami ke pelosok-pelosok desa, ternyata banyak janda tua yang masalahnya sama, kami lalu bahas mana yang bisa dibantu. Kami bantu sembako.


Nah, setiap saya melakukan aktivitas itu, saya abadikan di media sosial dan dibuat semacam cerita, tentang mereka, kisah hidupnya, keluhannya, kondisinya.


Dari situ banyak teman-teman di medsos tertarik untuk ikut membantu, titip sedekah, titip infak.


Akhirnya semakin banyak yang titip, dan saya semakin semangat nyari janda.


Apa temuan dari mencari janda itu?

Semakin ke sini ternyata masalah janda-janda ini bertambah, ada juga yang kelilit utang bank keliling , ada juga yang sakit, butuh pendampingan dan diantar ke rumah sakit untuk berobat. Ada juga yang rumahnya miring, ini bisa kami renovasi.


Karena teman-teman jika menemukan masalah janda, diarahkan ke saya, maka saya dijuluki "lelaki 1.000 janda" dan 1.000 itu adalah target yang ingin kami capai.


Apakah hubungannya dengan Sekolah Relawan yang Anda adalah salah satu pendirinya?

Saya dirikan Sekolah Relawan bersama Mas Bayu Gautama dan Mas Dani Haryanto.Sekolah Relawan ini kami dirikan karena pengalaman kami di bidang kemanusiaan.Banyak anak muda dan masyarakat yang niat membantunya tinggi saat ada bencana, mereka datang ke lokasi tapi tidak tahu apa yang mau mereka lakukan, jadi di sinilah kita berbagi ilmu.


Apa lagi kegiatan Sekolah Relawan?

Kami juga punya program kemanusiaan seperti foodcar, bawa 100 porsi nasi di daerah yang banyak dhuafa dan musafir, ada juga program foodball, kami letakkan 60 - 70 porsi makanan di masjid-masjid dan rumah sakit , orang miskin dan dhuafa boleh makan.


Tujuannya sebenarnya menginspirasi para pengurus masjid supaya masjid bisa jadi tempat melaksanakan tanggung jawab sosial umat, mungkin ada masjid yang uang kasnya besar tapi masih ada orang kelaparan. Ada juga program naik pangkat yakni kami mengedukasi misalnya pemulung yang sudah tua, kami tawarkan berdagang, kami didik, kami beri modal. Ada juga beasiswa untuk anak2 yatim.


Balik ke soal janda, bagaimana agar tahu ada janda lansia yang sedang sakit ?

Kami punya relawan lokal, mereka biasa menghubungi kami, kami pun bantu urus segala persuratan yang dibutuhkan oleh lansia seperti BPJS, kami jemput dan antar ke Puskesmas atau rumah sakit.


Sekarang ada berapa janda yang sudah dibantu?

Kurang lebih 300 janda. Ini program sudah jalan selama setahun, menjadi viral karena ada teman saya yang merangkum kegiatan saya dalam bentuk tulisan, dan tulisan ini diambil oleh sebuah media dan menjadi viral.


Roel mengaku berlatar manager di sebuah perusahaan multinasional. Ia selanjutnya berwirausaha membuka rumah makan "Steak Home" di Telaga Golf Sawangan. Roel mengatakan punya satu istri dan satu anak yang mendukung hal yang dia lakukan.


Hambatan selama menjalankan program ini?

Tidak ada, mungkin pergolakan seperti misalnya hari ini saya dapat 10 janda (untuk dibantu) tapi datang berita ada lima janda yang meninggal, kami down, tapi terus saja melakukan kebaikan.


Selama ini donatur seperti apa?

Sekarang modelnya malah donatur mau mengadopsi seperti orang tua sendiri , banyak yang minta 'bang boleh ga si emak ini saya kasih uang bulanannya?' Jadi modelnya sekarang seperti itu.


Respon masyarakat bagus, selanjutnya apa?

Selanjutnya lebih kepada pemberdayaan, saya inginyang masih beraktifitas kami dampingi dan kami modali untuk buka usaha. Kalau sudah terlalu lanjut usia, relawan yang dampingi si emak, keuntungannya buat si emak. Malah kadang relawan ini suka digaji sama si emak.


Pengalaman unik seperti apa Bang?

Uniknya, mereka yang sedang bersedih, ketika bertemu kami, jadi bisa ketawa lepas. Kadang, mereka yang menelefon bilang kangen, kapan mau datang, padahal kita tidak pernah lakukan begitu kepada orang tua sendiri.

Kadang saya curhat kepada mereka, mereka ini punya pengalaman hidup yang luar biasa, punya ilmu bijaksana, banyak sekali yang saya bisa dapat.


Apakah ada perubahan dalam hidup?

Saya berubah, lebih sabar, menerima dan bersyukur , saya merasakan ketika saya membantu orang lain saya berharap urusan saya biar Allah yang selesaikan , dan itu terjadi, semua urusan saya di permudah sama Allah, sayapun di anugrahi kesehatan yang luar biasa, saya jarang sakit.


Apa harapan Anda?

Program lelaki 1.000 janda ini adalah sebuah penghormatan saya terhadap wanita, jangan hanya wanita muda yang di perhatikan. Mungkin banyak anak yang khilaf menelantarkan ibunya, malah lebih perhatian kepada pasangan hidupnya, ayo kita balik lagi perhatikan ibu kita, jangan smpai kita menyesal ketika ibu kita sudah tidak ada nanti.


Misalnya orang tua masih hidup, apa yang akan disampaikan?

Saya cuma pingin bilang terima kasih atas inspirasinya, terima kasih sudah membuat saya seperti ini.


(mgg/ Fadhil Hussen/Egy Mahstya)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017