Vatikan (ANTARA News) - Paus Fransiskus mendesak Uni Eropa untuk "menemukan kembali perasaan kebersamaan sebagai sebuah komunitas" jika organisasi kawasan itu menginginkan masa depan yang penuh kesejahteraan dan keadilan untuk semua.


Paus menyampaikan hal tersebut saat menutup konferensi dua hari di Vatikan, Sabtu (28/10), bertema "Menimbang Ulang Eropa" yang dihadiri banyak tokoh penting, termasuk Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani, Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans serta sejumlah pemuka agama.


Meski Paus tak menyebut spesifik mengenai situasi yang terjadi di Catalonia yang ingin melepaskan diri dari Spanyol ataupun keputusan Brexit Inggris, Ia banyak berbicara tentang solidaritas, kerja sama dan pengorbanan bersama.


"Uni Eropa yang, dalam menghadapi krisisnya, gagal memulihkan rasa kesatuan komunitas yang menopang dan membantu para anggotanya -- dan bukan hanya kumpulan kelompok kepentingan kecil -- bukan hanya akan kehilangan salah satu tantangan terbesar dalam sejarahnya, namun juga kesempatan besar untuk masa depannya," kata Paus sebagaimana dilansir Reuters.


"Agenda khusus dan nasionalis berpotensi menggagalkan impian berani dari para pendiri Eropa," ujarnya menambahkan.


Paus juga mengingatkan bahaya mengancam Uni Eropa yang ditimbulkan oleh partai-partai populis anti-imigran.


Dalam pemilu Jerman, September lalu misalnya, Partai Alternative for German (AfD) meraup hampir 13 persen suara, menempatkan mereka sebagai partai ketiga terbesar dan menjadi partai haluan kanan ekstrem pertama yang memperoleh kursi parlemen dalam kurun waktu hampir separuh abad.


"Kelompok ekstrem dan populis tumbuh subur di banyak negara; mereka membuat gelombang protes sebagai inti pesan politik mereka, tanpa pernah memberi proyek politik konstruktif alternatif,' kata Paus tanpa menyebut spesifik kelompok yang ia maksud.


Paus pertama dari tanah Amerika Latin itu menyebut politik telah kehilangan arah, sembari mengatakan "Sayangnya, kita terlalu sering melihat politik hanya menjadi medan pertarungan antara dua kelompok berlawanan."

Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017