Sistem penilaiannya di sana. Juga langkah gerak yang sesuai dengan garis yang sudah dipasang panitia lomba."
Pamekasan (ANTARA News) - Kontes "sapi sono" atau kecantikan sapi digelar di Stadion Soenarto Hadiwidjojo, Kabupaten Pamekasan di Pulau Madura, Jawa Timur, Sabtu, di mana sebanyak 39 pasang sapi bersaing dalam kontes itu.
"Kegiatan ini digelar dalam rangka memeriahkan HUT Ke-72 Provinsi Jawa Timur, serta dalam rangka menyambut gelar karapan sapi yang memperebutkan Piala Bergilir Presiden RI tahun 2017," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Pamekasan Akhmad Sjaifuddin.
Pemilik pasangan sapi yang ikut dalam kontes kecantikan itu, dari empat kabupaten di Pulau Madura, yakni Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Kabupaten Bangkalan.
Pasangan sapi yang dilombakan adalah sapi betina. Sebagaimana sapi karapan, pasangan sapi sono ini juga menggunakan alat yang disebut "keleles".
Pada karapan sapi, "keleles" ini digunakan joki untuk mengendalikan lari sapi. Tapi dalam kontes sapi sono keleles yang digunakan hanya untuk memasangkan kedua ekor sapi tersebut, serta untuk keindahan pasangan sapi.
Berbeda dengan lomba sapi karapan yang dinilai dari kencang tidaknya lari pasangan sapi, pada kontes sapi sono yang dinilai adalah keindahan dan kekompakan langkah kaki sapi.
"Sistem penilaiannya di sana. Juga langkah gerak yang sesuai dengan garis yang sudah dipasang panitia lomba," kata Akhmad, menerangkan.
Pasangan sapi betina itu kemudian dilepas dari garis awal dan berjalan menuji garis akhir yang berjarak sekitar 200 meter.
Iringan musik "saronen" dengan sinden yang disebut "putri sapi", mengikuti pasangan sapi mulai garis awal hingga ke garis akhir.
Menurut Kepala Disparub Pamekasan Akhmad Sjaifuddin, sapi sono, merupakan jenis seni budaya asli Pamekasan, yakni dari Desa Waru, Kecamatan Waru.
Kemudian seni budaya tradisional ini menyebar ke kabupaten lain di Madura, seperti Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep.
Sapi sono kata dia, kini sudah dikenal luas masyarakat di Indonesia, karena tidak mengandung unsur kekerasan.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017