Kupang (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan hasil komoditas kopi bajawa yang diproduksi masyarakat Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki peminat yang tinggi.
"Kopi Bajawa itu sekarang tinggi sekali peminatnya, sudah ada beberapa eksportir yang siap memasarkan itu karena memang peminatnya sampai ke luar negeri," katanya di Kupang, Sabtu.
Menteri Enggartiasto Lukita berada di Kupang untuk meninjau kondisi pasar-pasar tadisional, ketersediaan komoditas, dan harga barang di ibu kota provinsi itu dalam menyambut Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2017 mendatang.
Ia mengatakan, kopi bajawa merupakan salah satu komoditas provinsi NTT yang memiliki potensi ekspor yang baik yang bisa direalisasikan bila didukung peningkatan produktivitasnya.
"Sebenarnya kopi manggarai juga sama tapi kalau dibandingkan kopi bajawa lebih memiliki selera. Saya kebetulan penikmat kopi dan pada waktu di Trade Expo saya coba dua-duanya dan memang agak sedikit berbeda," katanya.
Ia mengatakan, kopi bajawa sudah mulai dikenal konsumen dari dalam dan luar negeri, dan menurutnya jika ke depannya jumlah produksinya dapat dijamin serta dikemas secara baik maka pihak kementerian siap membantu mencarikan mitra ekspor.
"Memang ada beberapa eksportir yang mau namun bisa tidak daerah menjamin jumlah produksinya itu yang harus kita lihat dulu, selain itu kemasannya juga harus dibuat dengan baik," katanya.
Menurutnya, jika kopi bajawa bisa dikemas dengan baik maka tidak kalah dengan kopi toraja dan kopi gayo yang sudah lebih dulu dikenal konsumen hingga ke luar negeri.
Ia mengakui, beberapa pelanggan potensial dari luar negeri sudah mencari kopi bajawa sehingga peluang pasar tersebut harus ditangkap dan dimanfaatkan dengan baik dari pusat hingga daerah.
Lebih lanjut, Menteri Enggartias Lukita mengatakan pemasaran komoditas kopi juga sangat tergantung pada "branding" yang harus dikemas secara baik.
"Nanti kita mengatakan ini kopi bajawa atau kopi flores atau lainnya, yang pasti harus ada unsur keIndonesiaannya seperti kopi toraja dan gayo," katanya.
Ia mengatakan, kadang-kadang muncul adanya ego-ego kedaerahan yang kuat dalam penamaan merek kopi yang justru berdampak merugikan aspek pemasarannya.
"Di Jember ada 20 nama kopi, saya bilang ke Bupatinya kumpulkan itu semua karena dia mau berdasarkan nama desanya. Jangan ego daerahnya pengen lebih tapi mari kita persatukan yang penting adalah pemasarannya," katanya mencontohkan.
"Saya berharap di kampung-kampung di Bajawa yang memproduksi kopi itu sudah satu, jangan lagi nanti ada nama-nama baru dari desa. Branding dan pengemasannya kita bereskan dan nanti bisa dilakukan pendampingannya," katanya.
Menteri Enggartias Lukita meyakini pemasaran kopi bajawa akan segera meningkat karena sudah tercatat dalam Trade Expo sebelumnya sebagai komoditasi potensial yang unggul yang dapat didorong untuk ekspor.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017