Tokyo (ANTARA News) - Hikari Mitsushima pertama kali menarik perhatian dunia lewat aktingnya dalam "Love Exposure", karya Sion Sono pada 2009.
Ketika berbincang dengan ANTARA News pada Festival Film Internasional Tokyo (TIFF) 2017 kemarin (27/10), sama sekali tidak tersisa kesan perempuan gahar dalam "Love Exposure" atau musisi misterius pada drama "Quartet". Yang ada hanya seorang perempuan ramah, penuh senyum dan kerap tertawa renyah di sela perbincangan seputar film hingga Indonesia.
Sebelum menjadi aktris, Hikari adalah anggota grup idola Okinawa "Folder 5". Baru-baru ini, dia berkolaborasi dengan Mondo Grosso dalam lagu berjudul ラビリンス (Labirin). Video klipnya diambil di Hong Kong pada malam hari, memperlihatkan Hikari berjalan-jalan di kota yang tampak seperti labirin.
Kamu baru mengeluarkan lagu, apa mau lanjutkan lagi karir di dunia musik?
Lewat musik, kita bisa mengekspresikan diri dalam periode waktu yang singkat. Baru-baru ini saya kembali menikmati musik.
Film terbarunya adalah "Life and Death on the Shore" di mana ia menjadi guru sekolah dasar di sebuah pulau kecil yang menjalin hubungan asmara dengan seorang tentara yang harus siap mati sewaktu-waktu.
Apa yang paling susah dari "Life and Death on the Shore"?
Ini cerita di sebuah pulau kecil bernama Kakeromajima di Pulau Amami di selatan Jepang, tentang sebuah daerah kecil, saya sempat tidak yakin bagaimana ini bisa dimengerti penonton, termasuk alam hingga budaya di sana.
Apa faktor yang membuat kamu menerima sebuah peran?
Kalau saya merasa ada keindahan yang bisa saya temukan dari situ.
Karakter yang ingin dicoba kelak?
Menari dan menyanyi, karena kalau menyanyi dan menari saya juga bisa tampil pada film internasional, dalam film-film dari negara mana pun.
Tertarik berakting di film luar Jepang?
Kalau film yang mengharuskan menari dan menyanyi, saya mau. Tapi kalau soal akting, sepertinya akan sulit karena semuanya berbeda. Rasanya (film Jepang) pasti berbeda di negara lain. Tapi saya tetap ingin mencoba kok.
Selain bahasanya, apa sih yang dirasa akan berbeda antara film Jepang dengan film di luar negeri?
Haah? (tertawa) Saya itu termasuk orang yang unik dalam film Jepang, jadi saya bingung... Mungkin kalau saya main dalam film Indonesia, saya merasa saya cocok di situ. Tapi tentunya saya baru akan tahu akan cocok di (film) negara mana bila sudah dicoba.
Sepanjang karir, apa film atau karakter yang paling tak terlupakan?
Kalau bicara mana yang terbaik, susah ya... Semua peran yang pernah saya mainkan itu penting.
Kalau kamu bukan aktris, kira-kira bakal jadi apa?
Hmm.. apa ya? Apa ya? Hmm... Ada kalanya saya berpikir ingin melakukan pekerjaan lain. Tapi saya ingin mendapat pengalaman dari pertemuan dengan banyak orang, untuk kemudian bisa jadi bekal berakting di masa depan.
Pernah menonton film Indonesia?
Pernah tidak ya nonton film Indonesia? (menengok ke seseorang dari manajemennya yang berkata mereka pernah menonton film dokumenter Indonesia yang terkenal tapi lupa judulnya, tapi memang tidak banyak film Indonesia yang tayang di Jepang)
Apa yang kamu tahu tentang Indonesia?
Indonesia... aduh saya benar-benar tidak tahu.
Perempuan berhijab lazim terlihat di Indonesia, tapi tidak demikian dengan di Negeri Sakura. Dengan gestur tangan yang membentuk kerudung di kepala --merujuk pada penampilan ANTARA News-- ia menyebut gaya perempuan berhijab tampak manis, membuatnya jadi penasaran akan Indonesia.
Pesan untuk penggemar di Indonesia?
Ada enggak ya penggemar saya di Indonesia? (tertawa). Mungkin ini bukan pesan ya... Sejak saya memasuki industri hiburan sebagai aktris, saya bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara. Juga bisa dikenal banyak orang, melampaui perbedaan bahasa.
Saya juga menyadari masih banyak hal yang saya tidak tahu, termasuk Indonesia. Saya suka sekali menonton film-film indie ketimbang film blockbuster yang sineasnya belum tentu punya nama besar. Maka dari itu, saya jarang bisa ingat judul atau siapa sutradaranya.
Dan festival film bisa jadi pemicu untuk mengetahui itu semua, jadi saya harap itu bisa dirasakan semua orang.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017