Klungkung, Bali (ANTARA News) - Kerajinan kain prada sablon untuk hiasan tempat pemujaan umat Hindu dan dekorasi pernikahan yang dihasilkan wirausahawan muda di Kabupaten Klungkung, Bali, mulai diminatikonsumen masyarakat Pulau Bali maupun daerah lainnya seperti Provinsi Lampung dan Lombok, NTB.
"Kerajinan kain prada sablon ini banyak dicari karena memiliki motif sablon kain yang unik dan bervariatif yang dapat digunakan untuk menghias palinggih pura maupun untuk dekorasi rumah saat hajatan nikah," kata Pemilik Usaha Kerajinan Kain Prada Sablon, I Gusti Agung Wiveka Nanda saat ditemui di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis.
Pihaknya memilih usaha kerajinan kain prada sablon ini karena melihat potensi usaha ini cukup menggairahkan seiring banyaknya permintaan masyatakat untuk digunakan hiasan pelinggih pura dan juga untuk dekorasi rumah saat pernikahan.
Optimisme Agung Wideka dalam menggeluti usaha yang dirintisnya sejak Tahun 2005 hingga saat ini ternyata berbuah hasil, dimana konsumen langganannya selain berasal dalam Pulau Bali juga ada dari Lombok dan Lampung.
"Saya melihat usaha ini sangat menjanjikan, sehingga setelah saya coba ternyata banyak juga yang membeli. Untuk harga kain prada sablon ini dijual dengan harga bervariasi tergantung jumlah pengambilan," ujarnya.
Dengan berbagai warna kain prada sablon yang juga dapat digunakan untuk hiasan dekorasi rumah untuk pernikahan ini dibandrol dengan harga bervariasai, mulai kisaran Rp125 ribu hingga Rp150 ribu per gulung untuk motif yang biasa.
Untuk kain prada sablon bermotif saten dibandrol dengan harga Rp350.000 hingga Rp450.000 per gulungnya, karena memiliki kualitas kain yang lebih baik. "Harga kain prada sablon ini memiliki panjang dan pendek kain yang berbeda-beda setiap harganya," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Gung Wik ini mengaku, dalam sebulan mampu meraih omzet penjualan hingga Rp500 juta. Sehingga dalam memenuhi permintaan konsumen ini, pihaknya mempenkerjakan pengerajin kain prada sablon ini sebanyak 15 orang.
"Semua penkerja yang dilibatkan dalam pembuatan kain prada sablon ini masyarajat desa adat setempat dan luar desa," kata Gung Wik yang mengaku sempat mendapat pengetahuan singkat dari pamannya untuk membuat kerajinan kain prada sablon ini pada Tahun 2002 silam saat lulus dari bangku SMA.
Ia menuturkan, awal merintisnya usaha ini sering mengalami kendala permodalan, namun saat dikenalkan oleh Made Sutirta bahwa PT Asabri (persero) Cabang Denpasar memberikan kemudahan kredit usaha mikro dengan bunga tiga persen pertahun, pihaknya mencoba untuk mengajukan agar usahanya semakin berkembang.
Dalam pengajuan itu, pihaknya mengaku mendapat bantun pinjaman modal dari PT Asabri (persero) sebesar Rp75 juta pada Tahun 2016, sehingga usahanya hingga saat ini terus berkembang.
Hal senada diungkapkan, I Gusti Ayu Anom pemilik usaha UD. Merta Sari mengaku dari usaha penjualan kain "prada" sablon dan pembuatan ider-ider bludru mute mampu meraup omzet Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Selain itu, pihaknya juga menjual perlengkapan sarana ritual lainnya seperti wastra, saput cakra, pajeng/tedung dan kain endek .
"Awalnya saya kesulitan mendapatkan modal dan saya mendapat informasi kredit usaha mikro yang diberikan PT Asabri, saya mencoba mengajukan kredit ini dan mendapat bantuan Rp50 juta untuk pengembangan usaha kami yang saat ini terus berkembang," ujar Gusti Anom.
Pewarta: I Made Surya dan Ni Luh Rhismawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017