London (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memimpin delegasi Indonesia ke pertemuan tingkat Menteri G-33, G-20 dan NAMA-11 yang berlangsung di Jenewa, Swiss, sejak Senin (11/6). Serangkaian pertemuan ini diselenggarakan dalam upaya konsolidasi kelompok negara berkembang guna mendorong tercapainya kesepakatan modalitas perundingan bidang pertanian dan barang industri (NAMA) di perundingan Doha Development Agenda WTO. PTRI Jenewa dalam keterangan persnya yang diterima ANTARA London, Selasa, menyebutkan sebagai kelompok negara berkembang, G-33, G-20 dan NAMA-11, Indonesia berkepentingan menjaga agar kesepakatan akhir Putaran Doha dapat mengakomodasi aspirasi serta kepentingan pembangunan di negara berkembang. Menteri Perdagangan RI selaku koordinator kelompok memimpin pertemuan koordinasi tingkat menteri G-33 dalam pertemuan yang memiliki peran strategis dalam mengevaluasi serta menyikapi perkembangan terakhir perundingan. Apalagi di tengah-tengah menguatnya keinginan politik dan mendesaknya waktu yang tersisa untuk menyelesaikan Putaran Doha pada akhir 2007. Mari Pangestu menegaskan pentingnya hasil yang adil dan seimbang dari Putaran Perundingan Doha yang tercermin oleh kesepakatan mengenai konsep fleksibilitas special products dan special safeguards mechanism. Fleksibilitas ini sangat diperlukan bagi negara berkembang seperti Indonesia dimana mayoritas penghidupan penduduknya sangat bergantung pada sektor pertanian. Mari Pangestu juga mengusulkan diadakannya technical workshop untuk melakukan exercise terhadap indikator SPs di Jenewa dalam beberapa minggu mendatang. Usulan ini mendapat dukungan penuh negara anggota G-33. Pertemuan G-33 selanjutnya sepakat untuk mengeluarkan sebuah "G-33 Ministerial/High Officials Coordination Meeting Press Statement" yang antara lain menyatakan kesiapan G-33 untuk memberikan kontribusinya secara konstruktif terhadap kemajuan perundingan asalkan tetap mengamankan tujuan pembangunan serta nasib para petani kecil dan miskin di negara berkembang. Menteri Perdagangan RI juga mengikuti Pertemuan Tingkat Menteri G-20 yang diadakan setelah Pertemuan G-33 berakhir. Dalam Pertemuan ini, Mari Pangestu menekankan pentingnya meningkatkan kesatuan serta solidaritas diantara sesama kelompok negara berkembang. Tujuan Pembangunan Doha dapat dicapai jika seluruh negara berkembang dapat bersatu padu dalam memperjuangkan kepentingan pembangunan. Pertemuan G-20 ini juga mengeluarkan press statement yang menekankan pentingnya tingkat pemotongan 'overall trade distorting support' secara efektif dan substansial dengan disertai disiplin yang ketat. Terkait dengan keseimbangan isu-isu perundingan pertanian, posisi G-20 di tiga pilar pertanian (bantuan domestik, akses pasar dan kompetisi ekspor) telah mendapat dukungan luas sebagai titik tengah posisi perundingan. Dalam Pertemuan Tingkat Menteri NAMA-11, Menteri Mari Pangestu menegaskan sikap Indonesia bahwa koefisien 10 untuk negara maju dan koefisien 15 untuk negara berkembang bukan merupakan kompromi kesepakatan NAMA yang dapat diterima. Hal tersebut karena semakin kecil tingkat koefisien, maka semakin besar tingkat pemotongan tarif. Dampak tingkat liberalisasi yang ekstrim sebagai akibat pemotongan tarif yang tajam tersebut berada diluar kapasitas yang dapat diterima oleh negara berkembang. Pertemuan NAMA-11 ini berhasil menyepakati sebuah komunike bersama yang menggarisbawahi pentingnya tingkat ambisi yang seimbang dalam perundingan pertanian dan NAMA. Negara maju tidak dapat memaksa negara berkembang untuk membuka pasarnya secara progresif di sektor NAMA, sedangkan dalam sektor pertanian, negara maju tetap menolak pemotongan subsidi pertanian di bawah tingkat subsidi saat ini. Di samping rangkaian Pertemuan Kelompok G-33, G-20 dan NAMA-11, Menteri Perdagangan RI selama berada di Jenewa juga telah mengadakan pertemuan dengan Dirjen WTO, Pascal Lamy. Pertemuan ini selain untuk menpertegas sikap dan posisi Indonesia dan Kelompok G-33 dalam Perundingan Doha, juga untuk mendapatkan pandangan Dirjen WTO mengenai potensi tercapainya perubahan yang signifikan apa saja yang diperlukan untuk mencapai sebuah kesepakatan pada akhir tahun 2007 ini, khususnya pada target waktu Juli 2007 yang akan datang. (*)
Copyright © ANTARA 2007