Saya mengutuk kejadian tersebut sebagai tindakan yang hina ..."

Abidjan (ANTARA News) - Tiga tentara anggota kontingen perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari Chad tewas dan dua lainnya luka-luka akibat ledakan bom, ketika mereka mengawal iring-iringan di Mali bagian Utara, Kamis (26/10), demikian laporan misi perdamaian PBB di Afrika Barat.

Lebih dari 80 anggota kontingen PBB untuk Mali (MINUSMA) dilaporkan tewas sejak 2013 akibat serangan kelompok garis keras yang berkegiatan di wilayah utara dan tengah Mali. Hal ini menjadikan Mali sebagai operasi penjaga perdamaian PBB paling mematikan di dunia.

Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensional Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali
(United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali/MINUSMA) dibentuk berdasarkan Resolusi 2100 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada 25 April 2013.

Misi tersebut melaporkan bahwa kendaraan yang ditumpangi pasukan penjaga perdamaian terhantam alat peledak di sekitar daerah antara Kota Tessalit dan Aguelhok, pukul 02:30 waktu setempat (21:30 WIB).

Juru bicara MINUSMA Olivier Salgado kemudian mengatakan kepada Radio Prancis "Internationale" bahwa anggota pasukan yang terlibat dalam ledakan tersebut berasal dari Chad, salah satu negara penyumbang anggota pasukan perdamaian PBB di Afrika Barat.

"Saya mengutuk kejadian tersebut sebagai tindakan yang hina, yang tujuannya hanya untuk mengguncang negara dan menghambat proses perdamaian yang tengah berlangsung di Mali," kata kepala misi sementara Koen Davidse, layaknya dikutip kantor berita Reuters.

Munculnya sejumlah kelompok garis keras di Sahel Afrika, yang beberapa terkait dengan jaringan Al-Qaida dan kelompok ISIS, telah membuat khawatir negara-negara Barat, seperti Perancis, yang telah mengerahkan ribuan tentaranya ke daerah perang di kawasan itu.

Empat anggota Pasukan Khusus Amerika Serikat (AS) juga dilaporkan tewas pada awal bulan ini, di negara tetangga Mali, Niger, oleh serangan petempur garis keras yang diyakini memiliki hubungan dengan jaringan kelompok ISIS lokal.

Para pegaris keras telah meningkatkan jangkauan serangnya terutama di daerah antara Mali, Niger dan Burkina Faso, dengan menyasar militer dan warga, termasuk terhadap lokasi wisata di kota-kota besar.

Kelompok G5 Sahel, satuan tugas tentara anti-terorisme dari ketiga negara tersebut, bersama Chad dan Mauritania, berencana untuk memulai operasi gabungan pertamanya dalam beberapa hari mendatang.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017