Tokyo (ANTARA News) - Festival Film Internasional Tokyo (TIFF) ke-30 kembali menghadirkan pertunjukan kabuki yang berlangsung di Kabukiza Theatre, Ginza, Tokyo, Kamis (26/10) malam waktu setempat.
Pertunjukan yang pertama kali digelar pada 2014 itu adalah salah satu program istimewa dari festival tersebut.
Aktor Kabuki terkemuka Ichikawa Ebizo XI membawakan pertunjukan Kabuki berjudul "Otokodate Hana no Yoshiwaraâ€. Dalam pertunjukan itu, Ebizo yang debut di Kabukiza pada 1983 membawakan tarian tradisional Nihon Buyo.
Ichikawa Ebizo XI
"Otokodate Hana no Yoshiwara†berkisah tentang Goshono Gorozo, pria pemberani nan santun di ibu kota Edo, dalam perjalanan ke Nakanocho. Dia menerima sebuah surat cinta dari kekasihnya, Keisei.
Gorozo menceritakan awal pertemuan dan banyak perjumpaan mereka dalam tarian. Di tengah perjalanan, dia disergap oleh orang-orang yang menaruh dendam.
Gerakan tarian yang terkesan santai mengesankan Gorozo sebagai seorang jagoan yang menganggap para pengganggu hanya seperti lalat menyebalkan. Hanya dengan sedikit kibasan, Gorozo bisa membuat musuh-musuh itu jumpalitan dan kerepotan.
Gorozo dengan mudah menghalau mereka dan melanjutkan perjalanan menemui sang kekasih.
Meski penonton belum tentu mengerti dialog-dialog berbahasa Jepang, pertunjukan yang ditemani iringan musik dari alat musik tradisional Negeri Sakura itu bisa tetap dinikmati.
“Saya termasuk sering membawakan Kabuki di luar negeri,†kata Ebizo sebelum pertunjukan dimulai di depan teater Kabukiza, Ginza, Kamis petang.
“Pasti ada hambatan bahasa untuk penonton asing, tapi pasti pertunjukan itu bisa menyentuh hati,†ujar dia, menambahkan Kabuki punya gerakan-gerakan elegan seperti opera dan balet yang bisa menghibur penonton, ditambah dengan iringan musik tradisional.
“Jadi, nikmati sensasi mesin waktu yang membuat Anda serasa berada di zaman Edo,†imbuh dia.
Penonton menikmati pertunjukan Ebizo sembari menyantap makanan istimewa yang dalam kotak bento, sebuah tradisi saat menonton Kabuki.
Malam istimewa di Kabukiza, Ginza juga diwarnai oleh penayangan film lawas. Tahun ini, "Gate of Hell" (Jigokumon) versi restorasi digital 4K yang jadi pilihan.
Dibintangi Kazuo Hasegawa, Machiko Kyo dan Isao Yamagata, "Gate of Hell" bercerita tentang seorang samurai yang jatuh cinta pada perempuan yang sudah menikah.
Diawali cinta pada pandangan pertama, Morito memutuskan untuk menikah dengan Kesa yang ternyata sudah bersuamikan Wataru.
Terlanjur dibutakan asmara, Morito memaksakan cintanya sampai mengancam akan mencabut nyawa orang-orang yang dicintai Kesa bila perempuan itu tak mau berada di sisinya.
Kesa yang serba salah karena pernah diselamatkan nyawanya oleh Morito merasa tersiksa. Dia akhirnya memutuskan untuk mengorbankan diri demi menyelamatkan nyawa suami dan harga dirinya.
Film yang disutradarai Teinosuke Kinugasa itu pernah ditayangkan di Festival Film Cannes pada 1954. Film lawas ini adalah film Jepang berwarna pertama yang tayang di luar negeri.
Saat itu, ketua juri Jean Cocteau menyebutnya "sebuah puncak keindahan". "Jigokumon" memenangi Cannes Grand Prix dan mendapatkan gelar Best Foreign Film dan Best Costume Design dari Academy Award 1955.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017