Para peneliti pada Rabu mengungkapkan bahwa penelitian baru terhadap sedimen tempat tengkorak berusia 6.000 tahun itu ditemukan mendeteksi tanda tsunami, dengan komposisi yang luar biasa mirip dengan bekas tsunami mematikan yang melanda area yang sama tahun 1998.
Tengkorak itu ditemukan di dekat kota Aitape, daerah pedalaman sekitar 12 kilometer dari pantai utara Papua Nugiri. Itu merupakan sisa jasad manusia paling awal dari Pulau Nugini, dan awalnya keliru dikira sebagai spesies Homo erectus yang meninggal sekitar 140.000 tahun lalu. Penelitian ilmiah selanjutnya mengungkapkan bahwa tengkorak itu sesungguhnya berusia 6.000 tahun.
"Sebagai korban tsunami yang mungkin yang tertua di dunia yang pernah diketahui, tengkorak Aitape menunjukkan volume paparan jangka panjang pada populasi manusia di sepanjang garis pantai dunia dan bagaimana kejadian semacam itu di masa lalu tak diragukan lagu punya efek fundamental pada migrasi, permukiman dan budaya manusia," kata ahli tsunami James Goff dari University of New South Wales di Australia.
Para ilmuwan meneliti endapan geologis di dasar sungai tempat tengkorak ditemukan, dan mengidentifikasi tanda-tanda jelas aktivitas tsunami. Mereka melihat organisme mikroskopis dari samudra dalam sedimen itu, yang serupa dengan yang ditemukan di tanah setelah tsunami 1998.
Periset juga melakukan penelitian kimiawi dan memeriksa ukuran butiran sedimen, menemukan bahwa mereka merupakan pertanda tsunami menurut ahli antropologi-arkaeologi Mark Golitko dari University of Notre Dame di Indiana dan Field Museum di Chicago.
Tsunami, gelombang raksasa yang khususnya disebabkan oleh gempa bumi atau letusan vulkanik di bawah air, merupakan bencana alam yang berbahaya. Tsunami Samudra India tahun 2004, yang disebabkan oleh gempa besar di pesisir Sumatra, menewaskan lebih dari 230.000 orang.
Tsunami tahun 1998 di Papua Nugini menewaskan lebih dari 2.000 orang, menyapu desa-desa, merusak lahan pertanian dan memaksa banyak penyintas dipindahkan. Tsunami yang terjadi 6.000 tahun lalu tampaknya membawa dampak yang hampir sama.
"Serupa dengan tsunami 1998, kami menduga bahwa satu atau lebih gelombang besar dengan sangat cepat menerjang pantai, menyapu desa-desa di dekat pesisir dan orang-orang yang hidup di sana dan kemudian kembali menjadi rawa-rawa dan laguna di pantai," kata Golitko sebagaimana dikutip Reuters.
Tengkorak itu ditemukan tanpa tulang yang lain. Para peneliti mencatat bahwa dalam tsunami 1998 banyak korban yang terdampar di laguna-laguna dan tubuh mereka dipulung oleh buaya-buaya menurut hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017