Jakarta (ANTARA News) - Pakar geologi dari Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Danny Hilman Natawidjaja mengatakan pembuktian lebih lanjut diperlukan guna mengungkap kemungkinan keberadaan Sesar Baribis yang melewati wilayah Jakarta.
"Kalau tentang Sesar Baribis yang kemungkinan melewati Jakarta itu benar. Tapi perlu pembuktian lebih lanjut, karena data detilnya belum ada," kata Hilman dikonfirmasi Antara di Jakarta, Rabu.
Kalau informasi tentang Sesar Baribis sepanjang 25 kilometer (km) yang aktif, melintang dari Cipayung, Ciracas, Pasar Rebo dan Jagakarsa, Danny menegaskan itu bukan berasal dari LIPI dan tidak benar.
"Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui informasi detil tentang sesar ini, mulai dari lokasi pasti Sesar Baribis tersebut, potensi kekuatan gempa dalam skala Richter dan seterusnya," ujar dia.
Semua informasi tersebut ia mengatakan belum diketahui, apalagi jika ditanya kapan akan terjadi gempa, itu lebih tidak diketahui lagi.
Berdasarkan katalog gempa milik profesor geologi asal Jerman Arthur Wichmann, gempa amat kuat dirasakan di Jakarta pada 5 Januari 1699, sekitar pukul 01.30 WIB. Dampaknya, bangunan roboh, longsor di Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak, banjir bandang berisi lumpur dan kayu memenuhi Sungai Ciliwung di Batavia, mengalir ke laut.
Dalam simposium internasional di Institut Teknologi Bandung pada 2015, ahli geofisika, geodesi dan surveying dari Research School of Earth Sciences, Australian National University and Geoscience Australia Phil R Cummins menyebut gempa kuat tercatat terjadi di Jakarta pada 1780. Kekuatan gempa diperkirakan lebih dari 8 MMI.
Sesar aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu 10.000 tahun terakhir, dan ini menjadi salah satu sumber pemicu gempa bumi (gempa) yang terletak di darat adalah sesar aktif. Keberadaannya mutlak perlu diketahui guna meminimalkan risiko akibat gempa yang timbul apabila sesar aktif ini bergerak.
Hal yang perlu diketahui meliputi lokasi, sebaran, zona sesar aktif, dan karakteristik sumber gempa bumi. Data tersebut diperlukan untuk menganalisis bahaya goncangan gempa, baik pada batuan dasar maupun tanah permukaan, sehingga risiko akibat gempa dan mitigasinya dapat diperkirakan.
Pewarta: Virna P. Setyorini
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017