Jakarta (ANTARA News) - Kantar Worldpanel perusahaan riset pasar global melalui kantor di Indonesia dalam rilis terbarunya bertajuk Spotlight of Indonesia 2017 menyatakan Indonesia berhasil meraih pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) tertinggi di kalangan negara Asia Tenggara dengan kenaikan 5 persen, meskipun masih di bawah target 5,3 persen.

"Progress ini didukung dengan inflasi dan nilai tukar yang stabil, kenaikan nilai ekspor, serta penurunan angka pengangguran," kata General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, Venu Madhav dalam siaran pers yang diterima Antara, Rabu.

Kenaikan ini juga tercermin pada naiknya indeks kepercayaan konsumen. Kondisi ini, seiring dengan kenaikan harga yang terjadi secara simultan, telah mendorong laju pertumbuhan pendapatan industri fast moving consumer goods (FMCG), di mana Indonesia menunjukkan pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara dengan kenaikan sebesar 8,3 persen dibandingkan tahun lalu.

FMCG dan bahan makanan segar masih menjadi pengeluaran terbesar bagi para rumah tangga di Indonesia. Namun, sebagian prioritas konsumen telah berubah, seperti peningkatan pengeluraran untuk tabungan dan investasi.

Konsumen memiliki kecenderungan untuk berhati-hati dalam mengatur pengeluarannya dengan lebih memilih produk paket hemat dalam format yang lebih besar, sehingga berimbas pada penurunan frekuensi belanja.

cara memenangkan pangsa pasar Indonesia

Menurut Venu Madhav, untuk memenangkan pangsa pasar Indonesia di penghujung tahun 2017 ini, para pelaku bisnis perlu membidik peluang yang tepat berdasarkan 6 tren esensial berikut: membangun relevansi produk terhadap tren kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan; memperluas portofolio produk untuk mendukung setiap momen seiring dengan penurunan frekuensi belanja; peningkatan aspirasi masyarakat ekonomi kelas bawah.

Tiga lainnya meliputi: pertumbuhan kota sekunder; evolusi dari format yang berbeda untuk pasar modern; serta bangkitnya aktivitas belanja online.

Kemudian untuk membangun relevansi produk terhadap tren kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan.

Produk-produk FMCG berhasil meningkatkan performanya dengan mengacu pada ketiga mega tren; kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan.

Kesehatan, bagaimana meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan mendorong konsumen untuk mengadaptasi gaya hidup sehat dan mulai beralih pada produk-produk yang terbuat dari bahan-bahan alami atau menawarkan manfaat kesehatan.

Bertambahnya perhatian masyarakat terhadap isu-isu lingkungan juga semakin menggerakan konsumen untuk meningkatkan perlindungan diri terhadap dampak buruk yang dihasilkan, yang mengarah pada preferensi produk dengan manfaat anti-polusi dan bahan kemasan daur ulang. Konsumen mencari produk yang dapat menunjang hidup yang lebih sehat, hal ini mendorong pertumbuhan kategori produk-produk yang menawarkan manfaat kesehatan seperti sereal dan keju.

Kenyamanan, tingkat mobilitas yang tinggi di kalangan masyarakat, terutama di daerah perkotaan, mendorong setiap orang untuk menyelesaikan semuanya dalam waktu singkat. Dengan sarat sumber informasi dan tuntutan untuk beradaptasi dengan perkembangan pesat ini memaksa konsumen untuk senantiasa mencari cara untuk membuat hidup lebih sederhana dan mudah.

Kebahagiaan, merupakan kunci untuk membuat hidup semakin bermakna, sebuah faktor yang juga berperan penting dalam mendorong konsumen untuk berbagi.

Dampak penurunan laju ekonomi di tahun-tahun sebelumnya masih berpengaruh pada tingkat stres pada masyarakat dan konsumen berupaya untuk mengurangi ketegangan dengan memilih produk yang disinyalir mampu gairah dalam kehidupan mereka. Es krim dan makanan ringan adalah dua kategori yang mampu berkembang pesat dengan mengacu pada tren ini.

Memperluas Portofolio Produk untuk Mendukung Setiap Momen Seiring dengan Penurunan Frekuensi Belanja Ketegangan ekonomi dan kenaikan harga mendesak konsumen untuk menjadi lebih bijak dalam mengelola pengeluaran mereka.

Hal ini berimbas pada penurunan frekuensi belanja mereka. Fenomena yang sama juga terlihat di negara-negara Asia lainnya. Di Indonesia sendiri, konsumen telah menurunkan frekuensi belanja sebesar 5% dibandingkan dengan tahun lalu dan diramalkan belum akan pulih sepenuhnya dalam jangka waktu dekat.

Pilihan produk yang kian banyak di pasaran menciptakan persaingan yang semakin besar pada saat pembelian. Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, para pelaku bisnis perlu berupaya bagaimana menarik perhatian konsumen dan mempertahankan relevansi produk di setiap suasana.

Di tengah penurunan laju ekonomi, konsumen dari berbagai kelas demografi menunjukkan upaya untuk beradaptasi terhadap kondisi ini dengan cara yang berbeda-beda. Upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran dan hal ini memberikan keuntungan bagi konsumen dari kelas ekonomi bawah yang menunjukkan peningkatan pengeluaran belanja untuk produk-produk FMCG. Produk FMCG dalam versi yang lebih terjangkau semakin marak di pasaran, sehingga mendorong masyarakat dari kelas ekonomi bawah untuk mengadopsi produk-produk terbaru.

Meningkatnya harga komoditas dan juga intensitas pemerintah dalam pengembangan kota-kota sekunder, mendorong konsumen untuk memiliki pendapatan yang siap dibelanjakan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini pun tercermin dalam kenaikan jumlah pembelanjaan produk-produk FMCG oleh para konsumen di kota-kota sekunder.

Para pelaku bisnis ritel modern telah memaksimalkan kesempatan ini dengan terus membuka gerai baru di area ini sehingga pertumbuhan bisnis ritel modern di kota-kota sekunder mampu tumbuh dengan pesat.


Pewarta: Ganet Dirgantoro
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017