Jakarta (Antara) -- Majalah industri minyak dan gas (migas) internasional, The Oil and Gas Year (TOGY) berkesempatan untuk mewawancarai president direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf pada Senin (16/10) untuk membahas komitmen perusahaan ini dalam meningkatkan produksi minyak bumi guna memenuhi permintaan energi pasar domestik.
Manaf mengatakan, perusahaan tengah berupaya meningkatkan efisiensi sekaligus terus memberikan nilai kepada para pemangku kepentingan. "Kami berkomitmen untuk meningkatkan produksi migas se-efisien mungkin," ujar Manaf di sela-sela wawancara.
Meskipun efisiensi menjadi prioritas, Manaf menegaskan keuntungan tak kalah pentingnya di tengah-tengah lesunya industri migas sast ini. "Sebagai BUMN, kami wajib memberikan keuntungan dan dividen bagi pemangku kepentingan utama kami, yaitu pemerintah Indonesia," lanjut Manaf.
Diskusi berlanjut seputar urgensi Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak agar mengurangi ketergantungan dari impor. Pasalnya, tingkat ketergantungan impor minyak saat ini telah mengancam stabilitas makro ekonomi dan moneter Indonesia. Sebagai BUMN migas, Pertamina EP memaksimalkan kemampuannya untuk menjaga dan meningkatkan kapasitas produksi minyak. Dengan demikian, hal ini diharapkan mampu menjadi pendorong daya saing pada industri-industri yang bergantung pada pasokan migas.
Data terbaru menunjukan investasi hidrokarbon di Indonesia telah menurun dari sebesar USD 15,3 miliar pada 2015 menjadi USD 11,2 miliar pada 2016. Meskipun demikian, Pertamina tetap gencar merencanakan banyak kegiatan pengeboran.
Manaf menyatakan pentingnya untuk mengintensifkan eksplorasi agar dapat meningkatkan cadangan dan produksi minyak. "Kami berencana mengebor 70 sumur dan mengadakan 14 eksplorasi pada 2018," papar Manaf.
Investasi eksplorasi pada 2016 hanya menyentuh angka USD 100 juta, berbeda jauh dibandingkan 2013 yang mencapai USD 1,4 miliar. Di tengah anjloknya harga minyak bumi, Pertamina EP tetap optimistis dan teguh pada rencana eksplorasinya di tahun depan. "Kami tetap gencar menggelar berbagai aktivitas eksplorasi, khususnya terkait survey seismik 2D dan 3D," tutur Manaf.
Manaf menambahkan, anjloknya investasi hulu berdampak negatif pada perlambatan ekonomi regional dan penyerapan tenaga kerja - hal yang menjadi keluhan bagi banyak kontraktor, sub-kontraktor, dan sejumlah industri terkait lainnya.
"Aktivitas kami harus memberikan dampak positif bagi kawasan dimana kami beroperasi," tutup Manaf.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017