Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan otomatisasi jalan tol dengan penerapan transaksi nontunai menggunakan uang elektronik bukan tanpa masalah.
"Seringkali mesin pembaca kartu uang elektronik lambat dalam merespon. Pada akhirnya justru lebih cepat tenaga manusia yang melayani pembayaran secara tunai," kata Tulus Abadi dihubungi di Jakarta, Selasa.
Selain respon mesin yang lambat, tidak jarang pula terjadi mesin yang rusak sama sekali sehingga pengguna jalan tol terpaksa harus mundur dan pindah ke gardu tol lainnya.
Selain permasalahan pada mesin pembaca kartu uang elektronik, permasalahan juga terjadi pada sisi pengguna jalan tol. Misalnya, masih ada pengguna jalan tol yang gamang dalam menempelkan kartu pada mesin pembaca, bahkan sampai menjatuhkan kartu.
"Tidak jarang pula konsumen kesulitan mengisi ulang di peritel modern sepert minimarket karena berbagai alasan. Misalnya, saldo untuk mengisi ulang di minimarket sedang habis," tuturnya.
Karena itu, Tulus berpendapat pengelola jalan tol tetap harus memberikan pilihan bagi pengguna jalan tol untuk melakukan pembayaran secara tunai. Pilihan transaksi secara tunai juga terjadi di berbagai negara yang menerapkan otomatisasi di jalan tol, misalnya, Amerika Serikat, Singapura dan China.
Menurut Tulus, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur hak-hak konsumen, termasuk hak untuk memilih.
"Salah satunya adalah pilihan melakukan transaksi secara tunai maupun nontunai," ujarnya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017