Kutacane, Aceh Tenggara (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyebutkan satelit mendeteksi 60 titik panas terpantau berada di daerah ini.
"Pagi ini (Selasa), titik panas melonjak drastis jadi 60 titik. Padahal kemarin hanya 16 titik," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang Zakaria melalui sambungan telepon di Kutacane, Aceh Tenggara, Selasa.
Ia menjelaskan, puluhan titik panas tersebut tersebar pada 12 kabupaten/kota di provinsi yang terletak paling ujung Utara dari Pulau Sumatera.
Dia merinci, sebanyak 16 titik panas diantaranya telah disumbang Nagan Raya terdiri dari dua kecamatan yakni Darul Makmur 12 titik, dan Kuala empat titik.
Lalu Aceh Barat memberi sumbangan 15 titik panas di empat kecamatan yaitu Johan Pahlawan delapan titik, Sama Tiga empat titik, Kaway Enam Belas dua titik, dan Arongan Lambaek satu titik.
Kemudian Aceh Tengah terdeteksi menyumbang 10 titik panas di empat kecamatan yakni Atu Lintang empat titik, Laut Tawar tiga titik, Linge dua titik, dan Jagong Jeget satu titik.
"Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Gayo Lues sama-sama menyumbang empat titik panas di tujuh kecamatan yakni Barah Rot empat titik, Blang Jeramo tiga titik, Putri Betung, Bakongan, Bakongan, Trumon, Trumon Timur masing-masing satu titik," kata dia.
Selanjutnya, terang dia, tujuh titik panas lagi terpantau di Bireuen dua titik, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Sulubussalam masing-masing satu titik.
"Terdapat 26 titik panas dari total 60 titik ini, memiliki tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan di Aceh di atas 70 persen," tegas Zakaria.
Edison, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat kemarin melaporkan, pihaknya segera mendatangkan dua unit mobil tanki air dari Provinsi Aceh untuk membantu penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Kita akan mendatangkan lagi dua unit mobil tanki air, sebab kawasan titik api yang terbakar hutan dan lahan jauh, tidak bisa diakses mobil pemadam kebakaran, kemudian juga tidak tersedia sumber air di lokasi itu," katanya.
Ia menyebut, pihaknya saat ini memiliki keterbatasan dana untuk sarana dan prasarana dalam penangananan karhutla yang terjadi beberapa hari terakhir, sehingga tidak ingin upaya pemadaman terkendala.
Edison menyampaikan, dua unit armada milik Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) itu, sebelumnya telah disiagakan di Aceh Barat karena bencana karhutla pada Juli 2017.
Kemudian sudah ditarik kembali ke provinsi, setelah tanggap darurat karhutla ditutup, ujarnya.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017