Beijing (ANTARA News) - Tiongkok meneguhkan diri sebagai salah satu negara dengan penjualan ritel "online" yang berkembang pesat dengan total nilai penjualan dalam tiga kuartal pertama 2017 sudah mencapai 4,9 triliun RMB Yuan.
"Masyarakat China merasa nyaman dengan pemakaian transaksi berbasis teknologi informasi," kata Ketua dan Sekretaris Kelompok Anggota Partai Komunis China dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional He Lifeng kepada wartawan di Beijing, Sabtu.
Kondisi nyaman bertransaksi secara "online" untuk memenuhi beragam keperluan itu tidak mudah mereka temui di banyak negara yang mereka kunjungi, katanya dalam konferensi pers yang diselenggarakan otoritas Pusat Media Kongres Nasional ke-19 PKC itu.
"Inilah yang dirasakan banyak wisatawan Tiongkok saat di luar negeri," kata ekonom kelahiran Xingning, Provinsi Guangdong, tahun 1955 yang berkiprah di PKC sejak Juni 1981 itu.
Dalam konferensi pers tersebut, wartawan lokal dan asing menerima laporan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional PKC tentang perkembangan pembangunan ekonomi dan sosial Tiongkok sejak Kongres Nasional ke-18 PKC tahun 2012.
Laporan tersebut antara lain menggarisbawahi keberhasilan Tiongkok dalam mengembangkan inovasi dan kewirausahaan serta menurunkan jumlah warga miskin di negara itu dalam lima tahun terakhir.
Dari 2013 hingga 2016, Tiongkok memiliki 27 juta perusahaan dan sekitar 70 persen di antaranya tetap aktif. Momentum pertumbuhan perusahaan-perusahaan baru di negara itu terus berlanjut.
Pada pertengahan 2017, setidaknya ada 16 ribu perusahaan baru yang mendaftar setiap harinya, sedangkan angka pertumbuhan "start-up" mencapai 12,84 persen.
Dalam pengentasan masyarakat miskin, pemerintahan Presiden Xi Jinping berhasil mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah-daerah perdesaan sebesar 55,64 juta jiwa.
"Pada tahun ini, 10 juta warga lagi berhasil dientaskan dari kemiskinan," kata He Lifeng.
(R013/S024)
Pewarta: Rahmad Nasution
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2017