Sheffield, Inggris, (ANTARA News) - Dengan sari, lagu, musik serta tarian, khalayak perfilman India berpindah ke Inggris bagian Utara untuk merayakan sebuah acara promosi industri film mereka sendiri dalam sebuah pertunjukan keliling bernama Bollywood Oscars. Selama empat hari dan berpuncak pada akhir minggu, "the International Indian Film Academy Awards (IIFAs/Penghargaan Film India Internasional) memberikan penghormatan kepada para aktor, sutradara serta pihak kreatif lainnya yang berkecimpung dalam bisnis yang memproduksi film terbanyak di dunia setiap tahun. Penghargaan yang diberikan sejak tahun 2000 itu juga didesain untuk meningkatkan citra film India secara internasional, pada saat industri tersebut sedang meningkatkan perannya dalam pasar luar negeri. IIFAs yang dibangun sepuluh tahun lalu oleh perusahaan bernama Wizcraft untuk mempromosikan film India ke seluruh dunia adalah salah satu cara Bollwood untuk memperkenalkan dirinya ke dunia internasional. Bintang ternama Amitabh Bachchan dengan anaknya yang juga seorang aktor Abhishek serta menantu perempuannya Aishwarya Rai --versi India untuk pasangan Brad Pitt dan Angelina Jolie -- mengadakan pertunjukan dalam sebuah tur ke 18 negara tahun depan. Tiga bintang yang amat terkenal walaupun bukan pada kalangan pencinta film Bollywood juga hadir pada Festival Film Cannes di Perancis bulan lalu bersamaan dengan promosi film-film India terbaru yang akan segera muncul. Usaha promosi semacam itu yang sepertinya memberikan banyak keuntungan internasional bagi Bollywood yang sedang bertumbuh dengan cepat. Di Inggris dan Irlandia film India telah menembus angka `box office` dua kali dari 5,7 juta pound (8,4 juta euro, atau sekitar 11,2 juta dollar AS) pada tahun 1999 menjadi 12,4 juta pounds pada tahun 2005. Walaupun begitu, jarang sekali film Bollywood yang mencetak hits pada dunia internasional. Hanya tiga film Bollywood yang pernah masuk dalam daftar film berbahasa asing terbaik di Academy Awards, yaitu Lagaan (2001), "Salaam Bombay!" (1998) dan "Mother India" (1957). Menurut para pengamat, hal tersebut dapat terjadi karena telah berkembangnya film itu menjadi industri seperti juga dalam masalah budaya dan kesenian. Geoff Jones, seorang profesor pada jurusan sejarah bisnis pada Sekolah Bisnis Harvard di Boston, Amerika Serikat mengatakan bahwa pendapatan yang kecil secara domestik mungkin menjadi salah satu alasan kenapa industri film tersebut ingin mempromosikan dirinya secara internasional. "Pada 2005, total perputaran uang di Bollywood sekitar 575 juta dolar AS sedangkan di Hollywood mencapai 23 miliar dolar AS. Di India harga tiket untuk menonton bioskop rata-rata 30 sen AS, di mana secara global harga tiket mencapai empat dolar 70 sen AS," ujarnya kepada AFP. Tetapi ia memperkirakan rencana pertumbuhan itu mungkin terhambat dengan modal keuangan industri film tersebut, fragmentasi produk, distribusi dan fungsi eksibisi (pameran). Hal tersebut bertentangan dengan studio besar di AS, 20th Century Fox misalnya yang menyelesaikan masalah tersebut dalam satu payung. "Dalam beberapa tahun tahun terakhir, industri film India terbagi-bagi dan tidak profesional," katanya. Dia menambahkan, pemerintah India baru mengklasifikasikan Bollywood sebagai industri pada tahun 2001, yang artinya sebelum itu dana untuk industri tersebut berasal dari sumber-sumber tidak sah atau kriminal. Situasi tersebut menggambarkan bahwa ancaman pembunuhan bagi aktor dan sutradara India dalam industri tersebut amat umum terjadi, pada tahun 2000, produser sekaligus sutradara film Rakesh Roshan mengalami luka serius setelah ditembak oleh seseorang. Ketika ditanya, sampai berapa lama masalah tersebut dapat diatasi, ia mengatakan "Jawabannya tidak dalam waktu dekat ini, tetapi dalam waktu 10 tahun atau tergantung dari cepatnya mereka bergerak, atau mungkin lima tahun," ujarnya. Untuk alasan lainnya seperti artistik dan budaya dapat dikatakan bahwa hal tersebut dapat menjadi alasan bagi Bollywood untuk menjadi mendunia. Aktor sekaligus sutradara Naseeruddin Shah yang membintangi film "Moonsoon Wedding" (2002) mengatakan pada radio BBC awal tahun ini, bahwa film Bollywood tidak memiliki kualitas yang sama dengan film dari Iran, Korea atau Meksiko. "Negara-negara itu memproduksi film-film luar biasa dan kita masih berjalan pada film-film bertema pertemuan lelaki dan perempuan, aman, dan formula lama," katanya. "Itulah sebabnya mengapa saya mengatakan bahwa film-film kita tidak dibuat secara serius," katanya. Telah berubah Sementara itu aktor Bobby Deol mengatakan perbedaan budaya dapat menghambat penyebaran dari film Bollywood. "Begitu banyak orang Asia di Inggris yang ingin melihat film-film Bollywood, tetapi bagi orang Inggris sendiri hal itu merupakan hal yang sulit terjadi karena budaya kita amat berbeda," ujarnya. Walaupun begitu, Amitabh Bachchan membantah hal tersebut. Dia mengatakan kepada para wartawan di IIFA bahwa perfilman India telah berpikir mengenai "penggalian infra" dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi pemberitaan media akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sinema India mengalami kemajuan berarti akibat kerja keras yang dilakukan selama beberapa tahun. "Saya pikir amat mengagumkan bahwa seluruh dunia telah mengetahui keberadaan kami," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa Bollywood juga dapat membuat jembatan bagi banyak perbedaan budaya yang ada. Jones mengatakan bahwa saat ini isi dari film-film Bollywood telah benar-benar berubah. Dari sebelumnya yang amat tradisional menjadi berani menyentuh isu-isu homoseksualitas misalnya. Sinyal positif dari masa depan Bollywood adalah tumbuhnya ketertarikan Hollywood terhadap India melalui film-film seperti "Sawariya" yang disutradai oleh Sanjay Leela Bhansali dan Sony Pictures yang menjadi co-productionnya. Hal tersebut mengikuti sukses dari "Crouching Tiger, Hidden Dragon" (2000) serta "House Of Flying Daggers" (2004) yang telah memasukkan Cina pada peta pembuat film internasional. Melihat kepesatan sinema India saat ini, bukan tidak mungkin akan terjadi Bollywood versus Hollywood di masa mendatang. (*)
Copyright © ANTARA 2007