Jakarta (ANTARA News) - Pos Kesehatan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang berada di perbatasan Myanmar melaporkan telah menangani lebih dari 2.000 pasien etnis Rohingya yang terserang berbagai penyakit, sebagian karena menderita luka tembak.
"Para pengungsi yang datang kebanyakan mengalami kasus-kasus seperti gizi buruk (stunting), diare, radang paru, demam, luka bakar, luka tembak, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan busung lapar," kata Kepala Baznas Tanggap Bencana (BTB) Ahmad Fikri kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan hingga Kamis jumlah pasien yang sudah tertangani sebanyak 2.328 jiwa yang didominasi balita, anak-anak dan orang tua.
Kondisi kesehatan yang buruk, kata dia, diperparah keadaan lingkungan yang sangat tidak memadai dan tidak layak. Selain itu, cuaca yang sehari-hari hujan terus-menerus memperburuk kawasan pengungsian. Dan saat tak ada hujan, suhu sangat panas karena daerah itu merupakan wilayah tepian pantai atau pesisir.
Menurut Fikri, pos-pos kesehatan yang ada masih sangat minimal. Untuk itu, dibutuhkan konsep penanganan kesehatan terpadu dengan fasilitas medis yang lebih layak serta cocok dengan situasi dan kondisi para pengungsi yang tersebar di banyak lokasi.
Setelah berkoordinasi dengan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), kata dia, Baznas mendukung konsep klinik bergerak (mobile clinic) dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dan dapat berpindah lokasi.
Dia mencontohkan faskes yang efisien dapat digunakan seperti model klinik garasi atau klinik kabin yang menggunakan ruangan dengan menggunakan peti kemas.
"Ini lebih pas dan sesuai, karena dapat ditempatkan di lokasi tertentu dan saat tak dibutuhkan lagi, bisa di pindahkan ke tempat lain," katanya.
Dia mengatakan Pos Kesehatan Baznas sudah berada di kawasan yang berbatasan dengan Myanmar itu sejak pekan lalu.
"Program pendampingan medis dilaksanakan Baznas untuk para pengungsi Rohingya yang berada di Coxs Bazar. Kegiatan pelayanan kesehatan ini dipusatkan di wilayah Kuthu Palong," kata Ahmad Fikri.
Tim BTB, kata dia, merupakan bagian untuk mendukung program "Indonesian Humanitarian Alliance" (IHA). Baznas didukung para relawan medis lokal yang terdiri dari delapan dokter dan enam perawat.
Sementara itu, Fikri mengatakan Tim Kemanusiaan Baznas telah memasok sembako ke sejumlah tenda pengungsi. Bantuan itu ada dalam kemasan "food for Myanmar" dengan 80 persen tersalurkan yang merupakan paket berisi sepuluh kilogram beras, satu kilogram bawang, garam, kacang dal, minyak sayur dan sebagainya.
Lokasi distribusi difokuskan di tiga titik yakni di Kamp Nayapara, Teknaf dan Balukali. Tim Kemanusiaan Baznas juga mendirikan beberapa unit hunian darurat untuk keluarga (family shelter) sebagai sarana penampungan sementara pengungsi Rohingya. "Family shelter" dibangun di Kamp Balukali, Ukhiya yaitu sebuah kota perbatasan di Distrik Coxs Bazar, Bangladesh.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017