"Berdasarkan pendataan yang kami lakukan tercatat sebanyak 57 kapal yang mengalami kerusakan, 14 di antaranya rusak berat dan sisanya rusak ringan," katanya di Cilacap, Kamis.
Ia mengatakan kerusakan kapal paling banyak terjadi pada 7 Oktober saat banjir melanda kota Cilacap karena tercatat sebanyak 53 kapal motor berukuran di bawah 10 gross tonnage (GT) yang rusak, 10 kapal di antaranya tenggelam.
Dari 10 kapal yang tenggelam sehingga mengalami kerusakan berat, kata dia, dua di antaranya patah menjadi dua bagian.
Sebelum kejadian, lanjut dia, wilayah pesisir selatan khususnya sekitar Kali Yasa diguyur hujan dengan intensitas sedang sehingga kapal-kapal yang ditambatkan di tepi sungai itu terisi air.
Pada saat yang sama, di wilayah hulu Kali Yasa terjadi hujan ekstrem sehingga air sungai itu deras.
Oleh karena terisi air dan arus Kali Yasa deras, tali pengikat kapal-kapal itu putus dari tambatannya sehingga saling bertabrakan.
"Akibatnya, ada 10 kapal yang tenggelam sehingga mengalami kerusakan berat dan banyak peralatan yang hilang, dua kapal di antaranya patah menjadi dua, sedangkan 43 kapal lainnya rusak ringan," kata Sarjono.
Pada Selasa (17/10), kata dia, sebanyak empat kapal tenggelam di dua lokasi berbeda akibat arus yang cukup deras. Tiga kapal tenggelam di perairan Sentolokawat dan satu kapal tenggelam di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap.
"Namun untuk jumlah kerugian masih kami data, mungkin hari Senin (23/10) baru bisa diketahui," katanya.
Terkait dengan kejadian itu, pihaknya akan mengajukan permohonan bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, maupun pemerintah pusat.
Ia mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah kepada nelayan yang kapalnya rusak akibat cuaca buruk.
"Sementara bagi nelayan, kami telah meminta agar mereka siaga dan waspada ketika terjadi hujan agar jangan sampai kapal mereka tenggelam," katanya.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017