Chicago (ANTARA News) - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun lebih dari satu persen pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena penguatan dolar AS menekan logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember, turun 16,8 dolar AS atau 1,29 persen, menjadi menetap di 1.286,20 dolar AS per ounce.
Ini merupakan penurunan satu hari terbesar dalam hampir empat minggu, dan logam mulia itu kembali di bawah 1.300 dolar AS setelah reli singkat di atas ambang batas tersebut.
Indeks dolar AS naik 0,39 persen menjadi 93,63 pada pukul 17.23 GMT. Emas dan dolar AS biasanya bergerak terbalik. Saat dolar AS naik, emas yang dibanderol dengan greenback menjadi kurang atraktif bagi para investor yang menggunakan mata uang lain.
Reli dolar AS sebagian disebabkan oleh spekulasi mengenai siapa yang bisa menjadi ketua Federal Reserve berikutnya. Baru-baru ini dilaporkan bahwa ekonom Stanford, John Taylor, mengesankan Presiden Donald Trump dalam sebuah wawancara belum lama ini untuk posisi tersebut.
Taylor dianggap sebagai kandidat "hawkish" yang percaya tingkat suku bunga Fed saat ini -- yang ditetapkan pada kisaran 1,0 persen sampai 1,25 persen -- terlalu rendah.
Emas mendapat tekanan tambahan dari berita bahwa inflasi tahunan di Inggris meningkat menjadi tiga persen pada September, yang menyebabkan pembicaraan bahwa bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dapat menaikkan suku bunga utamanya hingga seperempat persen pada November.
Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 32,8 sen atau 1,89 persen, menjadi ditutup pada 17,041 dolar AS per ounce.
Platinum untuk penyerahan Januari berikutnya turun 0,77 persen menjadi menetap di 934,80 dolar AS per ounce.
(UU.A026)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017