Bang ... maafkan saya, saya sudah ikhlas saat Allah memanggil saya. Sampaikan ke teman-teman permohonan maaf saya. Saya pun sudah memaafkan teman-teman dengan ikhlas."
Jakarta (ANTARA News) - Saiful Hadi Chalid telah tiada. Saiful pergi selamanya, menemui Allah yang menciptakannya, Ahad (15/10) malam. Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.
Senin (16/10) menjelang Ashar, jenazah Saiful dibaringkan tidak jauh dari makam almarhum ayahnya, Dr KH Idham Chalid dan makam ibunya di Kompleks Pesantren Darul Maarif, Cisarua, Bogor.
Doa-doa dilantunkan. Hujan turun perlahan. Inilah akhir dari perjalanan panjang. Dari tanah kembali ke tanah, dari tiada kembali ke tiada. Selamat jalan sahabat. Dan, kami menunggu waktu untuk juga pulang.
Saiful (59 tahun) telah berupaya mengobati ginjalnya, hingga ke India. Hasil diagnosa dokter di India maupun di Jakarta, sama.
Direktur Utama LKBN Antara (2012-2016) itu harus cuci darah tiga kali dalam seminggu. Saiful menjalaninya tanpa mengeluh, seakan menempuh jalan yang harus dilalui. Dia tetap bekerja dan bercanda seperti biasa, meski kondisinya terlihat rapuh.
Ketua Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) itu bahkan berkunjung ke Kuala Lumpur memperkenalkan yayasan yang baru dibentuknya, Yayasan Kerukunan Indonesia Malaysia (YAKIM). Di Kuala Lumpur, dia harus cuci darah sesuai jadwal.
Semangat dan pengabdian menjadi energi di tengah kerapuhannya. Berat badannya turun sekitar 20 kg. Kondisi tidak semakin baik, selera makannya pun terus menurun.
Saiful lebih banyak minum melebihi takaran yang diperbolehkan. Pada 24 September, 10 hari setelah ulang tahun ke-59, Saiful dilarikan ke ICU RS Siloam, TB Simatupang. Paru-parunya terendam air. Saya dan istri menemuinya.
Meski dokter melarangnya berbicara banyak, namun Saiful seakan ingin menumpahkan isi hatinya. Saya mendengarkan dan merasakan kata-katanya seakan isyarat perpisahan. Air mata merebak.
"Bang ... maafkan saya, saya sudah ikhlas saat Allah memanggil saya. Sampaikan ke teman-teman permohonan maaf saya. Saya pun sudah memaafkan teman-teman dengan ikhlas," ujarnya pelan.
Melalui berbagai group whatsapp, saya kabarkan kondisi Saiful dan permohonan maafnya. Anggota group berdoa berdoa untuk kesembuhannya.
Dalam rapat pleno PWI Pusat, permohonan maaf Saiful juga saya sampaikan dalam balutan haru. Amanah yang harus ditunaikan.
Setelah diperkenankan pulang, sehari kemudian saya dan istri menemui Saiful di rumahnya. Kondisinya semakin menurun, daya ingatnya mulai melemah, cara mengoperasikan handphone, menurutnya, dia sudah lupa.
Saiful hanya terbaring, ditemani istrinya Rina Hermina. Dia mulai takut ditinggalkan istrinya, walau hanya sejenak ke dapur. "Bang, kini saya sangat tergantung pada istri. Saya sudah tidak lagi bisa apa-apa.."
Saya coba menghiburnya, namun responsnya semakin lemah. Saya cium keningnya beberapa kali. Pandangannya kosong. Meski masih lancar berbicara, namun kalimatnya sering berulang. "Bang, saya lega ketika memutuskan para pensiunan Antara memperoleh BPJS. Kasihan kehidupan para pensiunan.."
Saya katakan, keputusan yang diambilnya sebagai Dirut Antara tiga tahun lalu, merupakan ladang amal yang sangat luas baginya. Mendengar itu, Saiful tersenyum, namun pandangannya terlihat kosong.
Selama menjadi Dirut Antara, Saiful memberikan perhatian besar kepada peninsiunan-- para senior, yang mendidiknya menjadi wartawan.
Jumat (13/10) setelah cuci darah, kondisi Saiful kritis. Dia kembali masuk ICU. Kini, Saiful terkena serangan jantung. Perasaan saya tidak enak.
Kata-kata perpisahan, permohonan maaf, dan permintaannya agar putrinya Sahira Rianti (Sasha) dan pasangannya, Rama Krishna Wardhana, melaksanakan akad nikah di depan jenazahnya, memenuhi perasaan saya. Pintu-pintu seakan mulai terbuka.
Semula, akad nikah dan resepsi pernikahan Sasha akan diselenggarakan Maret 2018. Melihat kondisi Saiful, keluarga sepakat mempercepatnya pada 22 November. Undangan terbatas pun sudah diedarkan. Namun, Allah berkehendak lain.
Minggu malam, telepon di rumah berdering. Istrinya, Rina, memberi tahu istri saya, Saiful sudah tiada. Tangis pecah. Ya Allah...
Rajin Membantu
Tidak ada lagi Saiful Hadi. Direktur Utama LKBN Antara (2012-2015) itu pergi dengan senyum manis. Semasa hidup, Saiful dikenal mudah bergaul dengan siapa saja. Almarhum berupaya menyenangkan setiap orang, menjaga perasaan orang, bahkan lebih dahulu memaafkan.
Saiful rajin membantu siapa saja dan menjaga silaturrahim. Melalui humor-humor segar, kehadirannya selalu dapat mengubah situasi. Hidup baginya seakan keramaian. Dia berada dalam keramaian itu.
Ketika Tarman Azzam, Ilham Bintang, Syamsuddin Ch Haesy, dan saya memintanya menjadi Ketua Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) untuk Indonesia, Saiful dengan senang hati mengurus organisasi nirlaba ini.
Dia berupaya terus mengeratkan hubungan kedua negara. Energinya selalu berlebih untuk kebaikan.
Saiful juga aktif sebagai Sekjen OANA (Kantor Berita Asia-Pasifik) pada 2007-2010 dan Ketua Komite Redaksi dan Teknik OANA 2013-2016. Pada sidang umum OANA di Moskow, 2013, Saiful terpilih sebagai Ketua Komite Redaksi dan Teknik OANA.
Orang baik itu telah pergi selamanya. Dia dikenang tidak hanya sebagai pemimpin, wartawan, pelobi yang baik, tapi sebagai saudara.
Sahabat, kami tidak dapat menahanmu lebih lama, meski kami sangat menginginkannya. Pergilah dengan damai menemui panggilan Allah. Kami pun, sesuai janji, akan pergi ke tempat yang sama. Hidup di dunia ini seperti kita menaiki anak tangga, satu per satu: menuju Allah, Maha Pencipta.
Pergilah sahabat. Semua yang ada di dunia tidak ada yang kekal, semuanya bergerak pulang. Hanya Allah yang Baqa selain itu fana.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.
---------
*) Penulis adalah wartawan senior, mantan Pemimpin Umum LKBN Antara
Oleh Asro Kamal Rokan *)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017