"Sebelum dipasang, sirene ini sudah kami uji coba di Pantai Padang Galak beberapa waktu lalu dengan volume rendah," ujar Dewa Indra saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Senin.
Ia menerangkan, enam sirine peringatan bahaya Gunung Agung ini sudah terpasang dienam titik atau mewakili kecamatan yang terdapat populasi penduduknya yang berada di zona kuning atau berjarak di atas 12 kilometer dari puncak Gunung Agung.
"Sirine ini mampu mengeluarkan suara peringatan hingga radius dua kilometer berputar, sehingga dapat dikenal masyarakat apabila Gunung Agung terjadi erupsi," katanya.
Dewa Indra mengatakan, di masing-masing sirine yang telah dipasang ini ada petugas yang berjaga selama 24 jam untuk menghidupkan secara manual alat ini, dan untuk membunyikan sirine ini bahaya ini harus ada instruksi dari petugas PVMBG yang berada di Pos Pemantauan Gunung Agung.
"Petugas yang bersiaga ditempat pemasangan sirine ini akan dikontak petugas di Posko Pantau Gunung Agung dengan menggunakan HT, untuk segera menghidupkan sirine ini apabila ada pertanda erupsi," ujarnya.
Untuk memperkuat sinyal radio HT petugas yang berjaga di kawasan sirene ini, BPBD Bali sudah memasang repiter (antena) baru untuk memperkuat jaringan ini.
"Setelah dipasang sirine ini, kami telah mencoba kondisi radio dan sinyalnya untuk dilokasi pemasangan sirine ini," katanya.
Untuk daerah yang frekuensinya tidak terdapat sinyal HT akibat tertutup Gunung Agung, kata Dewa, maka sudah dipastikan telah dipasangkan repiter ini.
"Saya tegaskan lagi untuk sirine peringatan gunung merapi berbeda dengan sirine peringatan bahaya tsunami," ujarnya.
Pewarta: I Made Surya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017