Beijing (ANTARA News) - Hujan yang turun tanpa henti di China selatan menewaskan paling tidak 66 orang, kata pihak berwenang, Senin. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan 12 orang dilaporkan hilang. Hampir 600.000 orang terpaksa mengungsi akibat hujan beberapa hari yang menimbulkan banjir dan tanah longsor di enam provinsi China. Pada Minggu petang, para pejabat lokal melaporkan sembilan juta orang terkena dampak badai itu dan 591.000 orang diungsikan sementara banjir menghancurkan sekitar 48.000 rumah dan merusak 94.000 rumah lainnya, kata Kementeran Urusan Sipil dalam satu laporan mengenai dampak banjir itu. Perkiraan awal kerugian ekonomi langsung berjumlah 2,94 miliar yuan (370 juta dolar AS), katanya. Daerah-daerah paling parah terkena dampak itu adalah Guangdong, Giuangxi, Guizhou dan Hunan. Sekitar 294.800 hektar tanaman hancur, 53.000 hektar diantaranya hancur total, kata kementerian itu. Kantor pengendali banjir nasional mengumumkan tingkat empat keadaan darurat, tingkat tertinggi. Para pejabat mengatakan banjir di daerah-daerah Zijin , Guangdong adalah terburuk dalam 50 tahun. Jalan-jalan di kota-kota dan desa-desa yang letaknya rendah digenangai air setinggi satu meter, demikian yang terlihat di foto-foto yang disiarkan media pemerintah, Senin. Banjir dan tanah longsor sudah menewaskan paling tidak 200 orang di China pada musim panas ini, dengan para ahli memperingatkan akan terjadi banjir lagi di sepanjang Sungai Yangtze di China tengah dan Sungai Songhua di timurlaut. Suratkabar resmi China Daily mengutip Jiao Meryan, direktur Pusat Meteorologi Nasional, mengatakan hujan yang turun di musim panas dalam tahun-tahun belakagan ini paling tidak sebagian akibat perobahan iklim global. (*)

Copyright © ANTARA 2007