Indeks harga konsumen Amerika Serikat yang belum seuai target mengurangi peluang kenaikan suku bunga pada Desember nanti, kondisi itu menahan laju dolar AS

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat sebesar 23 poin menjadi Rp13.475 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.498 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Indeks harga konsumen Amerika Serikat yang belum seuai target mengurangi peluang kenaikan suku bunga pada Desember nanti, kondisi itu menahan laju dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen naik sebesar 0,5 persen pada September, lebih rendah dari target The Fed, sehingga hal itu menimbulkan ketidakpastian mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga selanjutnya.

"Di tengah situasi itu, mata uang negara berkembang, termasuk rupiah cenderung mengalami apresiasi terhadap dolar AS," katanya.

Ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak seiring rencana sanksi dari Amerika Serikat terhadap Iran juga turut berpotensi menjaga mata uang berbasis komoditas. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,80 persen menjadi 51,86 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,12 persen menjadi 57,81 dolar AS per barel.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa masih bergulirnya program pembangunan infrastruktur dari pemerintah turut menjadi katalis positif bagi mata uang rupiah.

"Program infrastruktur pemerintah dapat mendorong ekonomi Indonesia tetap tumbuh di atas 5 persen, dengan ekonomi yang stabil maka aset berdenominasi rupiah tetap akan menarik untuk diakumulasi," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017