Departemen layanan sosial Bangladesh mencatat data itu dalam survei di kamp-kamp penuh pengungsi di sepanjang perbatasannya.
"Mayoritas mengatakan mereka kehilangan salah satu atau kedua orangtua mereka dalam kekerasan di Rakhine," kata Pritam Kumar Chowdhury, salah satu wakil direktur di departemen sosial, kepada AFP.
"Yang lainnya mengatakan mereka tidak tahu apa yang terjadi pada orangtua mereka, mereka datang ke Bangladesh bersama kerabat."
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 536.000 pengungsi yang sebagian besar adalah warga Rohingya tiba di Bangladesh dari negara bagian Rakhine Myanmar sejak 25 Agustus.
Dari para pengungsi yang selamat sampai ke Bangladesh, sebanyak 320.000 di antaranya adalah anak-anak, yang sepertiganya berusia di bawah lima tahun.
PBB menggambarkan kekerasan di Rakhine sebagai contoh nyata pembersihan etnis, dengan warga muslim Rohingya yang terlantar di Bangladesh menggambarkan pembakaran desa-desa, serta pemerkosaan dan pembantaian massal.
Bangladesh membangun kamp terbesar di dunia di area seluar 1.200 hektare yang bisa menampung 800.000 lebih warga Rohingya.
Chowdhury mengatakan satu rumah yatim akan dibangun untuk anak-anak yang mengungsi sendiri dan mereka yang datang tanpa orangtua akan mendapat bantuan ekstra dan dukungan keluarga.
Badan-badan bantuan memperingatkan bahwa anak-anak itu rentan menjadi korban kekerasan atau perdagangan orang. (mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017