Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 37 poin menjadi Rp13.493 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.530 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis, mengatakan dolar AS bergerak lesu terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah karena notulen pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 19-20 September 2017 memberi sinyal dovish.
"Beberapa pejabat The Fed masih mengkhawatirkan data inflasi bulanan yang rendah dan masih jauh dari target sehingga belum tepat untuk menaikkan bunga," katanya.
Ia mengemukakan bahwa notulen rapat FOMC memperlihatkan belum adanya suara bulat untuk menaikkan bunga di akhir tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi AS dinilai belum konsisten dan dibutuhkan kesabaran sebelum menaikkan bunga.
Di sisi lain, lanjut dia, pesimistis pasar terhadap rencana reformasi pajak pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang akan diluncurkan awal 2018 turut menahan laju dolar AS. Hal itu dikarenakan Partai Republik tidak memiliki kursi mayoritas.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa stabilitas ekonomi nasional yang terjaga, terlihat dari beberapa data yang telah dirilis seperti inflasi, neraca perdagangan serta daya beli yang relatif terjaga turut menjadi faktor aset-aset berdenominasi rupiah masih diminati investor.
"Permintaan aset terhadap aset rupiah masih cukup baik sehingga fluktuasi rupiah terjaga di area positif," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini (12/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.521 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.509 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017