Washington (ANTARA News) - Olimpiade diperkirakan akan menjadi target yang menggoda bagi para peretas dan pelaku kejahatan lainnya, dengan konsekuensi berpotensi merusak salah satu ajang olahraga, terbesar di dunia, kata para periset pada Selasa (10/10).
Sebuah laporan oleh periset University of California menyatakan bahwa upaya untuk mengganggu pemilihan AS 2016 seharusnya menjadi peringatan tentang dampak serangan siber terhadap ajang olahraga tersebut.
Laporan yang dikeluarkan empat bulan menjelang Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang memuat bahwa "meningkatnya kesempatan untuk manipulasi digital karena olahraga menggabungkan teknologi baru yang dirancang untuk meningkatkan pelatihan atlet, akses bagi para penggemar, dan bahkan membantu para wasit menentukan hasilnya pertandingan," dikutip dari AFP.
Para periset mengatakan bahwa para peretas dapat menimbulkan kerusakan dengan menginfiltrasi stadion atau sistem skor, atau bahkan membocorkan data rahasia para atlet. Penggemar atau sistem transportasi juga bisa menjadi sasaran serangan siber.
"Yang paling serius adalah kerusakan fisik yang ditimbulkan pada atlet atau penonton; dalam kasus seperti itu, acara tersebut akan dibayang-bayangi dan kemungkinan dibatalkan karena ini atas kerusakan yang lebih serius," kata laporan Pusat Keamanan Keamanan Siber Jangka Panjang universitas tersebut.
Keamanan siber menjadi hal yang lebih penting karena acara olahraga saat ini sudah mengenalkan teknologi baru untuk berbagai macam hal mulai dari penjualan tiket hingga tayangan ulang serta
verifikasi skor.
Para peneliti melihat acara olahraga sejak beberapa tahun belakangan menjadi target para peretas.
Dalam sebuah kasus, kelompok peretas Anonymous masuk ke situs Formula One untuk memprotes balapan yang diadakan di Bahrain.
Piala Dunia 2014 lalu diwarnai serangan phishing dari "hacktivist" yang masuk ke akun email beberapa pejabat Brazil yang menyelenggarakan acara tersebut.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017