Roma (ANTARA News)- Para pengunjukrasa bentrok dengan polisi di Roma, Sabtu, ketika Presiden AS George W. Bush mengakhiri kunjungannya kepada Paus Benediktus dan para pemimpin Italia. Beberapa jam setelah Bush membicarakan masalah perdamaian Timur Tengah dengan Paus dan mengakhiri pertemuan dengan para politikus Italia, polisi anti huruhara bentrok dan melepaskan tembakan gas air mata ke para pengunjukrasa yang melemparkan botol-botol ke mereka di satu pusat bersejarah Roma. Para pemrotes, beberapa di antara mereka mengenakan helm sepeda motor untuk melindungi muka mereka, memecahkan kaca jendela sebuah bank dan menjungkirbalikkan meja makan di sejumlah jalan paling terkenal Roma, demikian laporan Reuters. Beberapa polisi dan pengunjukrasa cedera. Gas air mata disemprotkan ke Piazza Navona, Roma, yang menjadi lokasi satu unjukrasa yang sebagian besar damai. Tulisan anti AS terdapat di sejumlah patung dan restoran dan para pemilik toko menurunkan daun penutup jendela. Insiden itu terjadi jauh dari tempat Bush menginap di kediaman dubes AS di daerah lain kota itu dan di bagian lain Sungai Tiber dari Vatikan. Bush setelah pertemuan itu mengatakan ia merasa "kagum" dengan Paus, yang mendesaknya untuk mengusahakan penyelesaian-penyelesaian "rejional yang dirundingkan " konflik Timur Tengah seperti Irak. Bush mengatakan Paus prihatin atas situasi Timur Tengah dan keadaan warga Kristen di Irak. Bush, yang bertolak menuju Albania , Minggu, mengemukakan kepada Paus tentang usaha-usaha pemerintahnya untuk memerangai AIDS dan malaria di Afrika dan kelaparan serta kemiskinan. Bush dalam jumpa wartawan mengatakan ia mengemukakan kepada Paus tentang apa yang ia sebut "prakrasa sangat kuat menyangkut AIDS " dalam KTT Kelompok Delapan (G-8) pekan ini, yang menjanjikan dana 60 miliar dolar untuk memerangi penyakit yang melanda Afrika. Sebuah pernyataan Vatikan mengatakan Benedict dan Bush membicarakan Timur Tengah dan Tahta Suci "mengharapkan tercapainya penyelesaian rejional yang dirundingkan atas konflik-konflik yang terjadi di kawasan itu". Kedua pemimpin itu membicarakan masalah-masalah etis seperti aborsi dan eutanasia (tindakan untuk mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat) tapi berbeda pendapat mengenai perang di Irak, yang orang yang digantikannya Johanes Paulus II, berusaha keras untuk mencegah. (*)
Copyright © ANTARA 2007