Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan masih dalam fase konsolidasi. "Indeks secara teknikal masih menunjukkan dalam fase konsolidasi dengan level 'support' 2.050, jika ini terlewati indeks bisa menyentuh angka 2.115," kata Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, kepada ANTARA di Jakarta akhir pekan ini. Menurut dia, kondisi ini juga didukung oleh masih dianggap tingginya harga beberapa saham unggulan yang masih memungkinkan untuk terus mengalami konsolidasi. Selain itu, kata Alfian, faktor regional juga masih berperan dalam menentukan arah indeks BEJ pada pekan depan, seperti yang terjadi pada pekan ini. Kecemasan para pelaku pasar global yang menakutkan tentang akan naiknya suku bunga The Fed akan menguat karena ada harapan masih terkendalinya angka inflasi. "Para pelaku pasar global khawatir kenaikan suku bunga The Fed karena naiknya inflasi. Apalagi Eropa sudah menaikkan suku bunganya, sehingga menambah kekhawatiran pasar," kata Alfian. Pasar saham AS itu mengalami kemunduran, karena mengalami kecemasan para investor bahwa tingkat suku bunga akan naik yang membuat saham perusahaan keuangan, pengembang perumahan dan peritel anjlok. Selama pekan ini, IHSG ditutup turun 29,874 poin atau 1,43 persen menjadi 2.054,450, sedangkan indeks LQ45 mengalami pelemahan 6,936 poin atau 1,6 persen ke level 426,517. Anjloknya indeks tersebut lebih mengikuti melemahnya bursa Wall Street AS, walaupun ada sentmen positif dari rendahnya angka inflasi Mei 2007 dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak dapat mengangkat harga-harga saham di BEJ. BI melakukan kebijakan penurunan BI rate 25 basis poin menjadi 8,50 persen karena mengaju rendahnya angka inflasi Mei yang hanya 0,1 persen untuk bulan ke bulan (MoM) dan 6,01 tahun ke tahun (YoY). (*)
Copyright © ANTARA 2007