Cox's Bazar, Bangladesh (ANTARA News) - Jumlah warga Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar menuju Bangladesh pada Senin (9/10) melonjak menurut beberapa pejabat, dengan laporan tentang anak-anak yang meninggal dunia karena kelaparan, kelelahan dan demam dalam gelombang pengungsi terbaru.

Gelombang pengungsi yang masuk dari negara bagian Rakhine -- yang menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa total sudah mencapai 519.000 orang dalam enam pekan terakhir -- sempat mereda dalam beberapa hari terakhir dengan penurunan kedatangan pengungsi menjadi sekitar 2.000 sehari menurut Organisasi Migrasi Internasional.

Namun pada Senin para saksi mata mengatakan satu gelombang pengungsi baru datang dengan menggunakan kapal menyeberangi bagian sempit Sungai Naf yang memisahkan Bangladesh dari Myanmar di desa perbatasan Anjumanpara.

Anggota dewan Anjumanpara Sultan Ahmed mengklaim puluhan ribu pengungsi telah tiba pada Senin, sementara koresponden AFP di lokasi kejadian melihat sedikitnya 10.000 pendatang baru sepanjang siang hingga petang hari.

Letnan Komandan Manzurul Hassan Khan, seorang komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB), memperkirakan sekitar 6.000 warga Rohingya tiba pada siang hari.

"Ini tetap kedatangan Rohingya tertinggi setidaknya dalam dua pekan terakhir," katanya kepada AFP.

Di antara pengungsi yang baru datang ada dua anak lelaki berusia dua setengah tahun dan tiga tahun yang meninggal dunia begitu masuk Bangladesh karena kelaparan dan kelelahan.

"Orangtua mereka memberi tahu kami mereka meninggal karena kelaparan... Mereka dikubur di pekuburan desa kami," katanya.

Satu anak lelaki lain yang berusia empat tahun meninggal dunia karena demam menurut fotografer AFP di lokasi kejadian.

"Sang ayah ... menggendong anaknya yang sakit. Dia syok begitu menyadari anaknya telah menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan berperahu," kata sang fotografer.

Para saksi mata mengatakan Rohingya berhamburan datang sebelumnya, namun itu kemudian menjadi aliran tetap kemudian dan bertambah banyak pada malam hari.

PBB memperkirakan 519.000 pengungsi Rohingya telah tiba dari negara bagian Rakhine sejak 25 Agustus, ketika serangan militan Rohingya terhadap pasukan keamanan Myanmar memicu balasan mematikan dari militer negara itu.

Mereka ingin mencapai kamp-kamp pengungsi di distrik Cox's Bazar di Bangladesh.

Para sakdi mata di perbatasan menggambarkan orang-orang tua dan anak-anak berbaring bertebaran di tanah, kelelahan dan dehidrasi setelah melalui perjalanan panjang.

Ahmed mengatakan banyak Rohingya menghindari rute utama di Sungai Naf menyusul kecelakaan kapal dan patroli perbatasan ketat oleh pasukan keamanan yang merusak lusinan perahu untuk mengendalikan gelombang pengungsi dan penyelundupan obat.

Perlintasan batas Anjumanpara adalah titik sempit di sungai itu yang tidak memiliki pagar kawat berduri , namun perjalanan melintasi daerah itu melibatkan penyeberangan berbahaya dan perjalanan bermil-mil di antara hamparan tanaman padi menuju Bangladesh.

Dalam dua pekan terakhir sedikitnya 37 orang tewas dan yang lainnya dikhawatirkan tewas setelah dua perahu berpenumpang penuh pengungsi Rohingya terbalik, satu di Sungai Naf, dan yang lain di Teluk Bengal, demikian menurut warta kantor berita AFP. (hs)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017