Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.515 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.519 per dolar Amerika Serikat.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Senin, mengatakan, data cadangan devisa Indonesia pada September yang kembali mengalami peningkatan menjadi salah satu faktor yang menjaga pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
"Peningkatan cadangan devisa memberi harapan ekonomi nasional yang kondusif," katanya.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2017 sebesar 129,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2017 yang senilai 128,8 miliar dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, faktor teknikal juga turut mempengaruhi fluktuasi rupiah. Dolar AS yang cenderung menguat dalam beberapa hari terakhir ini dijadikan momentum oleh sebagian pelaku pasar untuk ambil untung.
Kendati demikian, menurut dia, apresiasi rupiah itu relatif terbatas mengingat sentimen mengenai kenaikan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini serta rencana pemangkasan pajak perusahaan di Amerika Serikat masih membayangi pelaku pasar.
"Jika sentimen itu terealisasi maka dolar AS berpeluang kembali terapresiasi terhadap rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa sentimen geopolitik di semenanjung Korea memicu aksi beli aset "safe haven" seperti emas, sehingga melemahkan dolar AS.
"Namun, kuatnya ekspektasi kenaikan bunga The Fed pada akhir tahun masih menjaga dolar AS untuk tidak tertekan lebih dalam," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (9/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.504 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.485 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017