Yogyakarta (ANTARA News) - Penemuan pondasi Keraton Mataram Kuno yang diperkirakan pada masa pemerintahan raja Sultan Agung tahun 1613-1645 M di Dusun Kerto, Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dilanjutkan dengan ekskavasi situs tersebut oleh tim gabungan dari arkeologi dan ahli terkait. Menurut koordinator Ekskavasi, Rully Andriadi di Yogyakarta, Sabtu, timnya masih terus mengumpulkan bukti sejarah bangunan keraton kediaman raja Mataram yang memiliki nama besar itu, setelah pindah dari keraton di Kota Gedhe, Kota Yogyakarta. Saat ini, kata dia, baru dibuka 34 kotak masing-masing 2x2 meter persegi dengan kedalaman 0,5 meter sampai dengan satu meter. Dari galian itu, tim ekskavasi menemukan tiga macam bukti Keraton Kerto yakni batuan andesit di bagian selatan yang diperkirakan merupakan gapura masuk ke dalam bangunan Keraton. Selain itu, ditemukan pula batu putih yang ditengarai sebagai Benteng Cepuri dan batu bata yang diduga sebagai struktur bangunan intinya. Ada keanehan dalam penemuan itu, kata dia, karena ditemukan pula dua buah umpak (landasan tiang soko guru) yang salah satunya telah dimanfaatkan untuk Masjid Soko Tunggal Tamansari keraton Kasultanan Yogyakarta, justru berada di atas permukaan tanah. "Kami juga masih menyelidiki umpak itu justru ada di atas permukaan karena temuan lain terkubur di dalam tanah," kata dia. Munurut dia, eskavasi yang ditargetkan selesai pada 5 September 2007 itu menemui kendala karena tanah milik warga di tempat temuan itu belum semua dibebaskan. "Lebih dari 50 persen tanah tempat situs itu berada belum dibebaskan termasuk tempat di mana gapura ditemukan. Saat ini baru 1.860 meter persegi tanah warga yang dibeli pemerintah kabupaten setempat," katanya. Ia mengaharapkan agar Bupati Bantul Idham Samawi pada tahun 2008 sudah bisa membebaskan seluruh tanah yang menjadi lokasi penemuan situs keraton Mataram tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007