Para peneliti tersebut menyarankan orang tua agar membatasi waktu yang digunakan anak mereka untuk "berkutat" dengan gawai demi kesehatan fisik dan mental mereka.
Satu studi yang dilakukan para peneliti HKU tahun lalu, yang meneliti 7.585 siswa sekolah dasar, memperlihatkan hampir 75 persen anak-anak yang diteliti menghabiskan lebih dari dua jam per hari pada perangkat digital.
Sementara itu anak di Beijing yang menghabiskan waktu pada gawai berjumlah 47 persen dan di Amerika Serikat 20 persen.
Dalam satu studi lain, para peneliti dari Fakultas Kedokteran HKU mempelajari penggunaan peralatan digital oleh 681 anak pada 2011, ketika mereka berusia lima tahun, sebagaimana dikutip dari Xinhua, Jakarta, Minggu pagi.
Lalu para peneliti itu mengikuti perkembangan mereka ketika mereka berusia sembilan tahun.
Temuan mereka memperlihatkan bahwa untuk setiap jam per hari yang digunakan untuk nonton televisi atau bermain "video games", resiko gangguan mental dan fisik meningkat secara dramatis, kata para peneliti tersebut sebagaimana dikutip radio RTHK.
Anak-anak yang berusia sembilan tahun hampir 20 persen lebih mungkin untuk kelebihan berat untuk setiap jam yang ia habiskan untuk nonton televisi setiap hari dalam usia lima tahun.
Setiap tambahan jam untuk nonton televisi juga meningkatkan kemungkinan gangguan prilaku sebanyak 44 persen, sementara kemungkinan gangguan emosi naik sampai 38 persen, kata para peneliti itu.
Anak yang main "video games" juga memperlihatkan bahwa peluang mereka untuk mengalami gangguan emosi naik sebanyak 23 persen. Resiko hiperaktir juga lebih tinggi, kata mereka.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017